Tanggal merah.
Hari libur.
Seperti biasa, saya bangun tidur. Selama dua puluh tahun lebih menjalani hidup, belum pernah sekali pun saya gagal bangun dari tidur. Berbagai macam kondisi pasca bangun pernah saya alami, baik fisik maupun psikis. Mulai dari pusing, pegel-pegel, ceria, sedih, hingga sakau.
Saya jalan menuruni tangga, berpapasan dengan poster Green Day dan Sakuragi Hanamichi yang terpajang di dinding. Arsitek rumah ini jahat. Gara-gara dia, kedua kaki saya harus melangkahi 23 ubin setiap kali masuk dan keluar kamar. Dan itu seringkali saya lakukan saat penglihatan masih blur.
Sesampainya di kamar mandi, baju dan celana saya tanggalkan. Lalu gosok gigi, sambil mengingat-ngingat mimpi apa semalam. Ah iya, lupa. Mimpi dan cita-cita saya kan sudah terkubur jauh sebelum planet Saturnus memiliki partikel cincin. Bahkan sebelum rakyat Indonesia doyan berdebat dan menjatuhkan satu sama lain di ruang publik.
Kemudian fokus mata saya tertuju pada berbagai merk sabun yang berjajar di rak peralatan mandi. Wow! Nampak satu sabun batang dan tiga botol sabun cair. Seingat saya, penghuni rumah ini berjumlah empat orang. Seumur-umur, saya belum pernah membeli sabun cair. Baiklah, itu berarti saya adalah satu-satunya anggota keluarga yang memakai sabun batang seharga Rp. 4.000.
Sedih anjis.
Saya membasuh rambut dan sekujur badan dengan busa yang cukup banyak. Tidak lupa sambil menghadap cermin, untuk sekadar memastikan wajah ini tidak tertukar dengan wajah pria yang berhasil merebut hati wanita yang Agia cintai.
Setelah itu, saya handukan. Kenapa mesti handukan? Pake nanya segala. Biar kering dong. Saya gak mau tertangkap basah oleh masyarakat, persis seperti tikus-tikus yang kedapatan mengambil milik orang lain.
Keluar dari kamar mandi, saya bergegas kembali ke lantai atas. Berhubung badan dan pikiran sudah segar, rasanya saya tidak perlu mengkritik si Arsitek untuk kedua kalinya. Kali ini saya ikhlas menaiki tangga.
Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Biasanya jam segini saya lagi ada di tempat kerja. Hari ini libur yeaah! Saya sempet mikir dan bergumam dalam hati, “Sekarang memang tanggal merah. Tapi, bisakah itu meredam emosi manusia yang sejatinya suka marah-marah?” Ah tai. Gak ngangkat, cees.
Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Biasanya jam segini saya lagi ada di tempat kerja. Hari ini libur yeaah! Saya sempet mikir dan bergumam dalam hati, “Sekarang memang tanggal merah. Tapi, bisakah itu meredam emosi manusia yang sejatinya suka marah-marah?” Ah tai. Gak ngangkat, cees.
Dapur menjadi destinasi berikutnya. Masak! Saya putuskan untuk mengolah Telur dan Kembang Tahu, sebab cuma dua bahan itu yang tersisa di kulkas. Oh tentu saja, saya jago masak gitu lho. Makanya, perempuan dijamin gak akan rugi kalau menjalin mahligai rumah tangga dengan saya. Jangan lupa buat nge-add akun Pesbuk dan LINE ini, sip? ☺
Hal pertama yang saya lakukan adalah mengiris bawang, tomat dan cabe. Aduh sial, saya hampir menitikkan air mata ketika memotong bawang. Mau gak mau saya harus bertahan sekuat tenaga, soalnya malu. Di luar sana ada banyak penyebab orang menangis. Ada yang menangis saat tahu temannya punya pacar cantik nan menawan, ada yang merengek karena gelar akademiknya tidak tercantum di dokumen resmi, bahkan ada juga yang tersedu-sedu ketika tahu bahwa Smack Down nyatanya hanyalah rekayasa belaka.
Di sini, saya nangis cuma gara-gara irisan bawang? Plis atuhlah, gak elit pisan…
Clok clok clok clok!!
Clok clok clok clok!!
Saya mengocok telur. Skill memasak saya sedang diuji. Ada satu tantangan besar yang menghadang, yaitu ketepatan dalam mengocok. Asal tahu aja, kala mengolah telur dadar, kamu harus mengocoknya dengan ritme cepat. Selain itu, gerakan tangan tidak boleh asal-asalan. Ini bertujuan supaya teksturnya tetap lembut dan terjaga. Jika telur sudah mengeluarkan gelembung-gelembung kecil, artinya kamu sukses.
“Jang, itu padahal di meja makan masih ada lauk. Tadi Mamah masak,” tutur seorang ibu yang dulu mengandung saya selama sebelas bulan, enam puluh hari lebih lama dari biasanya.
“Gak apa-apa, Mah. Lagi pengen masak sendiri.” Buru-buru saya jawab, karena khawatir konsentrasi buyar. Lalai sedikit saja, bisa-bisa tekstur telur tidak sempurna, ceesku.
Clok clok clok clok!!
Clok clok clok clok!!
* * *
Bapak bersila di teras luar, memusatkan perhatiannya pada mesin motor. Saya tengok ruang tamu, di sana ada Mamah yang sedang sibuk menulis sesuatu. Namun engkaulah napasku. Kau cintaku, meski aku bukan di benakmu lagi. Dan ku beruntung sempat memilikimu. Ya ampun, kenapa lirik lagu Yovie & Nuno mendadak terngiang di kepala? Setan. Momennya kurang pas.
Saluran demi saluran saya ganti, dan gak ada satu pun tayangan yang seru. Akhirnya saya menyerah di saluran nomor 14, yang sedang menayangkan acara kuliner. Sempurna, bray! Makan sambil nonton acara makan. Ibarat ibu-ibu komplek yang bergunjing sambil nonton Cek & Ricek. Ibarat nongkrong bareng teman-teman, tapi mata dan tangan fokus ke layar hape.
Tepat setelah makanan habis, kawan saya bernama Candra mengirim pesan BBM.
Candra: Posisi di mana, Son?
Agia: Rumah. Aya naon, Dra?
Candra: Main yuk, ah.
Agia: Oke hayu, cees! Mumpung lagi santai nih. Ke mana?
Candra: Ke Gunung Ciremay, Son. Alat kamping siap. Tinggal berangkat. Bareng temen-temen ane, tapi. Gak apa-apa?
Agia: Oh, gak apa-apa dong. Yang jadi masalah itu Gunung Ciremay ada di Majalengka, KEHED!!
Ajakan si Candra sangat sulit dimengerti.
Pada akhirnya, berdiam diri di rumah tercinta adalah keputusan terbaik. Jarang-jarang saya bisa berkumpul dengan Mamah dan Bapak di Hari Senin. Yoi, mungkin tanggal merah memang tidak bisa meredam kemarahan. Namun setidaknya, saya mencoba untuk tidak menodai yang cerah dengan aura kegelapan.
* * *
Clokk clok clokkk clok!?#
Clok clokk clok clokkk!?#
Ah, kakak laki-laki saya pulang rupanya. Dia langsung menuju dapur dan memasak telur.
Cpok clok plok clok?!#
Clok plok cpok tlok?!#
Walaupun umurnya lebih tua lima tahun dari saya, tapi dia butuh waktu sepuluh tahun lagi untuk bisa menguasai teknik mengocok telur yang benar.
Kamu sedih y bang ngeliat bawangnya teriris?
ReplyDeleteSampe nangis2 kayak gitu
Kasian tw bawangnya engga salah apa2 diiris
Trus telurnya itu telur ayam negeri apa ayam kampung?
Enggak. Aku lebih sedih membaca kisah cinta antara cowok Tangerang dan Cewek Cikarang yang ditulis oleh Niki Setiawan di blognya. Kami semua tau itu kisah nyata ;-(
Deletelagian bawang kok diiris, nangis lah.
Deletemakanya soal kocok mengocok memang kudu sembpurna, sebab kalau nggak malah nanggung nanti kelamaan nanggung rasa, bisa jadi ngabagel soalnya cairan putihnya telor tidak cair
Ha ha bener juga nih, Mang Lembu. Mana coba minta Tahu Sumedang dong, Mang. Katanya janji mau ngasih..
DeleteWaaaah, Agia bisa masak >,<
ReplyDeleteIDAMAN!
Ya.
Ya.
Ya.
Walaupun telur, sih. Ya. Seenggaknya, Agia jago ngocoklah, ya. Tetap...
IDAMAN!
Kusuka kalimat ini:
"Tapi setidaknya, saya mencoba untuk tidak menodai yang cerah dengan aura kegelapan."
Menampar sekali untukku, Agia hahaha
Ha ha tapi percuma Yul bisa masak telut juga. Sudah lama tidak ada perempuan yang mengisi kekosongan hati ini.
DeleteThank you sudah menyempatkan baca, Yul.
Alhamdulillah selalu sukses bangun tidur cees selama dua puluh tahun... :D
ReplyDeleteSiapakah nama arsitek rumahmu itu cees? :D
Hehehehehe iya mengocok telur haruslah sempurna, biar ajibbbbbbb :D
Arsitek rumah gak tahu siapa. Yang jelas sih, satu planet sama kita. Jadi gimana, suka ngocok telur juga? :)
DeleteSepertinya kakakmu lebih menguasai mengocok sesuatu yang lain.
ReplyDelete.
.
.
.
Mengocok senar gitar misalnya??
*numpang lewat
Ya ampun mana ada senar gitar dikocok..... istilah orang Sunda doang itu mah.
Delete*numpang bales komen
Hahaha
ReplyDeleteGue setuju kalo soal telurnya, deng..
Soalnya dari kecil. Gue diajarin gini sama bokap "semakin keras dan kedengaran sama tetangga suara kocokan telur kamu, akan semakin enak rasa yang dihasilkan." Daaan itu bener berhasil 😂
Gue juga heran kenapa bisa ada gituan hahaha
Itu berarti bapakmu menganut prinsip yang keren, cees. Jangan sekali-kali membantah sarannya soal mengocok telur.
DeleteKalo urusan mengocok yang lain, apa perlu tetangga tau juga ???
DeleteSepertinya menarik jika saya, Tiwi dan kamu berkolaborasi membuat telur goreng. Tiwi yang meracik bumbu, kamu yang ngocok dan saya yang goreng.
ReplyDeleteDan jika ingin melibatkan Rey, kita bisa menempatkannya sebagai nyala apinya. Mau bagaimana lagi? Saya dengar kabar jika Rey itu masih terikat garis keturunan pangeran Zuko.
Bener-bener deh si Akang Dagu satu ini. Lagi kasmaran tingkat tinggi, sampe-sampe nama Tiwi selalu disebut setiap saat.
DeleteRey mah bukan pangeran Zuko cees. Dia mah Dewa Bumi yang ada di serial Kera Sakti.
Benar sekali ceesku. Sebagai pecandu teh telor, saya setuju kalo mengocok telur itu membutuhkan skill yang bagus.
ReplyDeleteBagus, itu berarti kamu punya prinsip yang luar biasa.
DeleteTeh Telor itu apa, ceesku? Ya Allah kuliner zaman sekarang emang aneh-aneh ya.
Kaget. Tiba-tiba ada Yovie and Nuno.
ReplyDeleteUdah lama nih saya nggak goreng telor dadar sendiri. Udah pewe makan ayam penyet di luar. :(
Ayam penyet enak gak rasanya? Pengen dong nyoba satu porsi..
DeleteTelur dadar lalu kasih kecap dikit di nasinya itu salah satu menu favoritki buat sarapan cees :))
ReplyDeleteCandra itu ngajak ke gunung apa ngajak berantem sih? Kampret abis.:))
Nah itu dia. Jangan lupa pake kerupuk cees. Telur dadar, kecap, kerupuk. Perpaduan sempurna untuk menyongsong hari. Ha ha.
DeleteEntah kenapa pikiranku langsung *&^#(!$)^#!@# pas ada kata sabun batang dan telor, lalu ada kata kocok. :(
ReplyDeleteClok clok clok! Agia melakukan demo masak di blognya. Masak telor. Kocokannya Agia mantap jiwa!
Enak banget ya, Agia. Tanggal merahnya dimanfaatkan dengan baik. Nggak kayak aku yang kemaren gegoleran aja di kamar memandangi dua tiga koreng di kaki. Jatoh dari motor untuk kedua kalinya bikin aku makin merenungi kenyataan aku nggak bakal bisa jadi angel-nya Victoria Secret. Huhuhu. :(
Dasar Icha Khalifa, pemikirannya selalu lebih dewasa dari yang lain! Ha ha. Jangan lupa demo masakku kamu praktekkan ya.
DeleteSemoga cepet baikan ya. Aku ikut prihatin Cha dengan musibah yang nimpa kamu kemarin :(
semua ada tekniknya kan
ReplyDeleteBetul sekali itu, Mad.
DeleteBagian ini: "tersedu-sedu ketika tahu bahwa Smack Down nyatanya hanyalah rekayasa belaka." Pernah saya alami sewaktu SMP, cees. Saya patah hati. Sialan, saya udah ngefans berat sama Rey (Bukan Rey yang grup Tele, tapi Rey Mysterio), taunya bohongan. Huft. Sedih. :(
ReplyDeleteWoalah, saya kadang lebih suka ceplok kalau bikin sendiri. Soalnya kuning telurnya dibuat setengah matang itu enak banget, Cees!
Iya bener. Tapi tetep aja, walaupun udah tau kalau itu bohongan, aku masih tetep suka nonton. Ha ha ha hihi
DeleteWow ternyata di sini ada penikmat telur cocok. Menjauhlah kau hei!
entah ku harus sedih atau senang setelah membaca tulisan ini dengan segenap jiwa -_-
ReplyDeletedemo masak telur yang tidak patut di banggakan. huft.
agia, kamu nggak cocok masak. kamu cocoknya jadi dukun buat anuin suaminya yul.
Eh itu demo masak yang sangat brilian, Bena. Coba kamu praktekkan deh. Ha ha.
Delete"Anuin" di situ maksudnya apa ya? Ajarin dong Ben.....
jeaahh :)
ReplyDeleteAh jahat, malah ngeledek kamu mah, Gen :(
Deletemengocok telur T.T, ku ga jago :'(
ReplyDeleteSerius gak bisa? Makanya belajar dong, Pen :o
Deletekalau buat makan dadar doang aku ngocok telurnya biasa aja
ReplyDeletebeda kalo bikin kue hahha
son niat banget yaa
Iya dong, Teh. Ini dilakukan agar eksistensi dunia per-telur-an jadi lebih tersohor 8-)
DeleteWaktu masih di kampung dulu, di mana nggak ada jualan pecel lele di luar, aku juga sering tuh masak telur dadar. Biasanya telur satu butir dipadukan dengan royco dan sedikit tepung terigu. Apa guna tepung? Tentu saja buat menambah diameter telur dadar biar teksturnya sedikit mengembang.
ReplyDeletePerhitungannya begini:
Telur + telur = boros
Telur + tepung = hemat
Yeah!
Anjiiirr kok bisa sama sih. Aku juga sering ngelakuin itu. Tapi maaf, motifku mencampur telur dengan terigu bukan sebab ingin hemat, tapi emang karena rasanya lebih enak.
DeleteHih kamu dasar miris!
kamu bisa masak, Son?
ReplyDeletecoba, selain masak telor kamu bisa masak apa lagi cees? wkwkwk
Bisa dong. Salah satunya masak cinta yang gurih. Lusi mau? :D
DeleteWahh ternyata kamu pinter NGOCOK yah......
ReplyDeleteHarus dong cees. Biar kayak chef Rudy.
DeleteSerius, aku belum pernah sukses bikin telor dadar.. gagal terus, sering pecah pas mbalikinnya. Apakah karena kurang kocokannya ya? Salam kenal
ReplyDeleteIya, itu karena kamu kurang menghayati proses pengocokannya. Salam kenal juga ya. Aku jomblo, kalau boleh ngasih tau.
DeleteGue tarik beberapa yang ngena, ((mengocok telur)), ((Clok, clok, clok)).
ReplyDeleteKok yang difikiran gue berbeda ya. Hemmmm
Ah si Lalank mah pasti mikirin artis Jepang nih. Ayo ngaku..
DeleteIya, dorameon hihuhu
Deletehhahaaa... sipp lah kau bisa masak juga Son, walaupun telor.
ReplyDeleteada ritmenya gitu ya ngocok telur buat dadar biar teksturnya lembut. pantesan kalo aku bikij kacau balau asal asalan ngocok soalnya.
Makanya. Mulai sekarang kamu harus pake teknik ya, Di. Biar subhanallah enak telurnya.
DeleteKocak nih yang mosting :D
ReplyDeleteAmi juga kocak. Sudah punya pacar belum?
DeleteBodo amat son! :D
Deletemakanya son, kalau motong bawang itu jangan didepan mata, tapi di telenan yang jaraknya hampir semeter. biar ga nangis. cengeng lu ah.
ReplyDeletesalam kenal bro :)
Oh jadi gitu ya cees? Pantes aja. Haha. Makasih ilmunya.
DeleteOke salam kenal juga, Sabda :)
Kalo ngocok yang ITU juga perlu ritme sampai klimaks ngak ???? #Absurd
ReplyDeletePerlu juga dong, Bang Cum. Eh ini maksudnya ngocok perasaan kan?
DeletePerasaan mah ngak usah di kocok, udah blunder dengan sendiri nya hahaha
Deletepake telor puyuh aja kak, biar ndak ribet ngocoknya! hehehe
ReplyDeleteTelur puyuh mah kecil, Maya. Gak akan kenyang di perut hehe.
DeleteHebat ini euy, bisa ngolah telur..
ReplyDeleteKamar mandi elit pisan, sabun batang saya cuma Rp 2 ribu.
Wah serius harga sabun cuma dua ribu? Kalau di sini mah paling murah 3 ribu, cees.
Deletemahal amat 4000 bang, 3000 aja
ReplyDeletehari libur tanggal merah kok mandi, hmm sebua tindakan yang sia-sia dan merusak sekali
clok clok clok hmmm hmmm
pesan moral yang terselip hhhmmmm clok clok hmmm
Iya itu maksudnya 4 ribu, Tom. Salah nulis ha ha.
DeletePesan moral apanya, itu mah murni tata cara masak cees.
kalo aku mah ngocok telur asal-asalan aja yang penting jadi ... :)
ReplyDeleteIya dong Mad, yang penting mah perut gak bunyi. Betul?
DeleteHahahha... harus gitu ya ngocok telur ya, kelamaan dong kalo cuma buat dadar telur, ntar malah jadi adonan bolu...wkwkwkkwk
ReplyDeleteMaka dari itu, ritmenya harus disesuaikan dengan baik dan akurat :)
DeleteIni saya yang baru sadar gaya nulismu begini apa emang lagi tumben aja. Lucu banget cara deskripsinya. :))
ReplyDeletePertanyaannya, bagaimana jika selama ini kocakan telur saya belum sempurna?
Kalau belum sempurna, baca lagi postingan ini, Ta. Kalau perlu sampe 72 kali.
DeleteJujur aja deh, tulisan ka Agia cocok banget untuk yang cerita gini - gini.. Pas banget, saya malah nulis gini nggak bisa 200 kata lebih. Damn, mau belajar dulu ah :D
ReplyDeleteOhiya, soal itu sabun kenapa di deskripsikan juga, saya yakin yang lain mikirnya pasti udah lain.. Hadeh, HAHAHAHA
Yoi semangat terus ya ngeblognya 8-)
DeleteEh jangan berpikiran macem-macem, wahai anak muda!
Kok aku jadi sedih ya pas absis baca tulisan ini? :l apalagi kalo soal skil mengocok telor, ternyata dalam mengocok telor harus punya timing dan ritme yg pas. Harus tentu waktu yang tepat utk melakukannya, seperti halnya menikung pacar orang, semua butuh skil. Dan untuk mengocok telur, saya rasa skill yg saya punya masih berada di level beginner :l
ReplyDeleteHmm menikung pacar orang. Mas Fandhy sedang curhat ni yee. Udah sukses belum ngarebut pacar orangnya? Ha ha.
DeleteHahahahaha.... ada-ada aja loe.
ReplyDeleteSEPENTING APA KOCOKAN TELUR HFFT. Btw pas paragraf paragraf awal yang kebayang sama lagunya Jamrud yang Waktuku Mandi~~
ReplyDeletehahahha pagi pagi baca artikel ini XD
ReplyDeleteHahaa. Tulisannya asik ya. telur yang dikocok tapi perut juga ikut terkocok :D
ReplyDelete