"Hei, Sayang! Aku ke belakang dulu, ya? Kamu santai dulu aja di sini."
Sebuah perintah jebakan, aku tahu. Ketika dia menyuruhku bersantai, itu artinya aku akan segera dijadikan santapan ikan piranha. Televisi yang menyala di hadapanku seakan blur. Tayangan yang tadinya membahas seputar cuaca, entah mengapa berubah menjadi saluran Discovery Channel yang menayangkan seekor hyena sedang mencabik-cabik anak rusa dengan sadis.
Ingin rasanya pulang.
Belum sempat aku mendapatkan ide untuk kabur, seorang pria berkumis yang mengenakan kaus bertuliskan 'Gerak Jalan Itu Menyehatkan' menghampiriku seraya menggenggam secangkir kopi di tangannya. Kutaksir umur beliau sekitar empat puluh akhir atau lima puluh awal. Penglihatanku kembali blur. Tulisan yang terpampang manis di baju pria ini mendadak berubah menjadi 'Gerak Sedikit Mati'.
"Jadi ini yang namanya Sona?"
Bukan, Pak, bukan. Itu bukan saya. Orang yang Bapak sebut itu belum datang, atau bahkan mungkin tidak pernah dilahirkan ke dunia ini. Tolong, saya cuma ingin duduk di sini dan berharap tidak sesak napas setiap kali Bapak melotot.
"Iya, Pak." Aku berdiri, membungkuk, senyum, lalu mencium telapak tangan beliau.
"Sudah lama?"
"Enggak, Pak. Saya baru datang."
"Maksud Bapak, kamu sudah lama kenal Sarah?"
Pertanyaan ini dilontarkan dengan oktaf yang lebih tinggi. Dilihat dari kelihaiannya dalam menginterogasi, aku yakin orang ini sudah memiliki gelar Doktor dengan disertasi berjudul "Dampak Negatif Kedatangan Seorang Laki-laki Terhadap Anak Perempuan Kesayangan".
Pertanyaan ini dilontarkan dengan oktaf yang lebih tinggi. Dilihat dari kelihaiannya dalam menginterogasi, aku yakin orang ini sudah memiliki gelar Doktor dengan disertasi berjudul "Dampak Negatif Kedatangan Seorang Laki-laki Terhadap Anak Perempuan Kesayangan".
Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ketiga ini berjenis pilihan ganda. Dalam situasi ini, aku dihadapkan dengan empat pilihan jawaban: (A) Iya, udah lama, Pak. (B) Lumayan, Pak. (C) Baru aja kenal kok. (D) Ngomong-ngomong, Bapak siapa ya?
Pilihan D dengan senang hati akan kugunakan seandainya aku siap dibunuh dengan benda tajam, seperti gelas misalnya. Sedangkan pilihan C, sangat cocok dipakai di kala aku ingin hilang ingatan secara permanen. Pilihan A sebenarnya cukup aman, tapi aku khawatir jawaban ini akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik. Maka kuputuskan untuk memilih jawaban paling diplomatis.
"Lumayan lama, Pak."
"Oh, gitu." Gumpalan asap tebal tersembul dari mulutnya. "Gak apa-apa ya, Bapak sambil ngerokok?"
Tentu saja boleh, Yang Mulia. Ini rumah Anda. Di sini saya tamu. Saya mangsa. Bapak penguasa. Jangankan Merokok, disuruh merampok bank pun saya siap.
"Oh, iya. Gak apa-apa kok, Pak. Kebetulan saya juga perokok."
* * *
Fantastis. Jalannya komunikasi kami terbilang cukup lancar. Aku berhasil membuat suasana agak mencair. Kami berdua membicarakan banyak hal. Mulai dari isu politik (seringnya aku mengangguk-ngangguk sok tahu dan menimpali dengan reaksi "Oh jadi gitu, Pak"; "Kalo itu saya baru tahu"; "Pantes aja ya kemarin ramai......"), membahas seputar sepak bola (aku terpaksa mengalah dengan analisis-recehnya, terlepas dari pengetahuan bola beliau yang sangat dangkal), hingga membahas dunia profesi kami masing-masing.
"Assalamualaikum." Satu suara terdengar dari arah pintu. Seorang pria yang secara ajaib memiliki wajah persis seperti ayah Sarah, masuk tanpa menyapa kami. Seakan tak acuh, dia berjalan terbirit-birit ke arah kamar.
"Waalaikumsalam." jawab kami serempak.
Melihat keidentikan dua orang ini, aku bersyukur Sarah memiliki wajah yang diwarisi dari ibunya. Karena jika tidak, sulit membayangkan seandainya wanita yang sangat kita cintai, ternyata memiliki fitur wajah yang serupa dengan bapak-bapak galak berumur lima puluhan.
Saat acara televisi yang kami saksikan sudah dirasa monoton, Bapak alias Yang Mulia menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Dilihat dari gelagatnya saat ini, aku yakin beliau sedang mencari waktu yang pas untuk pamit. Mungkin menungguku pergi ke jamban, mungkin menunggu jeda iklan, atau yang paling mungkin, menungguku putus hubungan dengan putrinya. Entahlah.
"Bapak tinggal dulu," ujarnya, ketika tayangan yang kami tonton terpotong oleh iklan pembersih muka. "Sok santai aja, gak usah malu-malu di sini mah. Anggap weh rumah sendiri."
"Oh iya, Pak. Mangga."
Tidak sampai sepuluh menit, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan sosok yang kulihat setengah jam lalu. Sosok yang memiliki wajah 100% mirip dengan ayah Sarah. Sosok yang sebenarnya tidak ingin kutemui untuk kedua kalinya. Sosok yang tidak menyapa walaupun assalamualaikum-nya sudah dijawab.
Yang Mulia II.
* * *
"Udah lama, Kang?"
Bukan hanya dari segi fisik, ternyata cara dia basa-basi pun mirip dengan ayahnya.
"Iya, Kang. Udah hampir setahun," balasku, dengan senyum yang terpaksa.
"Bukan itu, maksudnya udah lama di sini?"
Anjing.
"Oh. Dari tadi sore, Kang." Lingkungan mulai terasa menegangkan. Inikah yang dinamakan neraka?
Kuteliti penampakan orang ini secara seksama. Dari raut mukanya, mungkin selisih umur kami hanya berbeda 4-5 tahun (lebih tua Yang Mulia II, tentunya). Dia mengenakan kaus polo dan celana yang sedikit kuno, dipertegas dengan gaya rambut yang seakan memberitahu bahwa dia adalah Ketua Koordinator Paguyuban masyarakat setempat. Namun, yang membuatku terintimidasi bukanlah wajah atau pakaiannya, melainkan tatapan matanya. Momen setiap kali Yang Mulia II menatap ke arahku, itu seperti setting di film Final Destination, yang mana si tokoh utama dapat merasakan munculnya tanda-tanda Kematian.
"Ente di mana rumah?" tanya si Kematian, tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.
"Saya dari Pasteur, Kang." jawabku, berusaha menahan keringat.
"Suka bola, gak? Fans dari klub mana?"
Tidak, Yang Mulia II. Aku tidak suka bola. Hal yang aku suka adalah pergi dari tempat ini secepatnya.
"Internazionale, Kang."
"Waw, berat juga seleranya. Saya penggemar AC Milan."
Fuck you, Yang Mulia II. Fuck you!
"Ini si Sarah ke mana? Ada tamu kok malah dicuekin." lanjutnya.
Oya? Jujur, saya lebih memilih dicuekin Sarah selama tujuh abad, daripada harus mengobrol denganmu, wahai Yang Mulia II.
Aku bersumpah, seandainya aku mengikuti wawancara kerja dan ditanya mengenai hal yang paling kubenci sebagai makhluk hidup, jawabanku adalah: duduk berduaan bersama kakak laki-laki pacar.
Hal yang perlu semua orang ketahui tentang pria: kami, jangankan berinteraksi dengan kakak orang lain, dengan kakak kandung sendiri pun kami payah. Ini semua menyangkut persoalan 'gengsi'. Sangat jarang dalam satu keluarga ada sepasang pria kakak-adik yang akur dan akrab. Jikapun ada, mungkin selisih umur mereka hanya terpaut 1-2 tahun, atau mungkin juga karena mereka terlahir di keluarga pakar Psikologi Anak.
Hal yang perlu semua orang ketahui tentang pria: kami, jangankan berinteraksi dengan kakak orang lain, dengan kakak kandung sendiri pun kami payah. Ini semua menyangkut persoalan 'gengsi'. Sangat jarang dalam satu keluarga ada sepasang pria kakak-adik yang akur dan akrab. Jikapun ada, mungkin selisih umur mereka hanya terpaut 1-2 tahun, atau mungkin juga karena mereka terlahir di keluarga pakar Psikologi Anak.
"Gak tahu, Kang. Tadi bilangnya sih ke luar dulu."
Jawabanku tidak dihiraukan. "Ente udah dari kapan jadi pacar si Sarah?"
"Emmm...udah... hampir satu tahun." Seperti pemiliknya, mulut ini juga telah dibuat mati oleh Yang Mulia II.
"Saya cuma mau ngingetin. Eh, ngomong-ngomong nama ente siapa?"
"So--Sona, Kang."
Aku menyesal tadi siang tidak sempat memberitahu keluargaku alamat rumah Sarah.
"Oke. Son, saya cuma mau ngingetin ente, jaga Sarah baik-baik. Kudu saling jaga perasaan. Jangan egois! Percuma lama kenal, kalo ujung-ujungnya ada yang gak beres. Ente kan sudah dewasa, saya percaya lah ente bisa ngontrol situasi. Sarah itu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, jadi maklumin aja kalo kadang dia banyak maunya. Kumaha, SIAP COYY?"
"Muhun, Kang, siap."
"Tah kitu atuh. MANTAP!"
"Iya Kang, mantap."
"Iya Kang, mantap."
* * *
"Gimana, Yang, tadi kamu ngobrolin apa aja sama mereka?" tanya Sarah, tepat setelah aku keluar dari kamar mandi untuk mencuci muka yang telah hina ini.
Sarah, wanita spesial yang selalu membuat hidupku jadi lebih berwarna, wanita yang selalu kusebut sebagai calon istri di hadapan teman-teman, dan wanita yang telah melenyapkan segala kekhawatiran orangtuaku. Namun sial, ketika aku bertekad untuk menjaga Sarah dengan segenap jiwa dan raga, yang kudapatkan dari keluarganya adalah penyiksaan tak kasat mata.
Tapi maaf, kejahatan remeh yang mereka lakukan tidak akan membuatku gentar. Aku tidak peduli jika Sarah berasal dari keluarga mafia, politikus licik, fans AC Milan, sekte penyembah berhala, atau dari keluarga Death-Metal sekalipun.
Aku akan selalu menyayangi Sarah, suka maupun duka.
"Kita ngobrol biasa aja kok, Yang. Ngomongin bola, pekerjaan, politik, pokoknya yang gitu-gitu aja deh. Untungnya sih, bapak dan kakak kamu itu ramah."
"Bagus deh kalo gitu. Aku ngelanjutin masak, ya? Itu si Mamah lagi repot soalnya. Kamu jangan pulang dulu, kita makan sama-sama di sini."
"Oke. Silakan dilanjut masaknya."
Setelah sedikit berbincang dengan ibu Sarah di dapur, aku bergegas menuju ruang tengah (lagi). Tidak seperti sebelumnya, sekarang prospek tempat ini akan jauh lebih kondusif, mengingat sesi penghakiman telah usai.
Aku keliru. Baru saja melangkahkan kaki di ruangan nestapa ini, aku mendengar suara tawa dan mulut yang sedang mengunyah makanan ringan. Firasatku mulai tidak enak. Kuikuti arah suara jahanam itu, dan tersajilah sebuah pemandangan yang tidak ingin kulihat seumur hidupku: Yang Mulia I feat. Yang Mulia II.
"Duduk, Son."
"Sini, sini. Kita nonton Liga Inggris bareng-bareng."
—
NB: Calon Ayah Mertua vs Calon Kakak Ipar, dan pemenangnya adalah: Calon Kakak Ipar (laki-laki).
NB2: Setiap kali kami (para pria) mengetahui bahwa pacar/gebetan kami adalah anak tunggal atau anak sulung, kami sujud syukur.
yang mulia 1 sama II ngajak nonton liga lha kok malah selese.
ReplyDeletekampret kalo wawancara kerja jawabanya itu lho. hahaaa..
bayanganku yang mulia ini mukanya setengah genderuwo, iya gak.
Setengah genderuwo...
DeleteBisa juga kau, Adi :>)
mang...ini cerpen teh pasti nggak bersambung kan? kalau bersambung namanya pasti cerbung dong ya? :D
DeleteWakakkakakkaka, penyiksaan tak kasat mata. Kalo buat kita para wanita, penyiksaan tak kasat mata adalah ketika berhadapan dengan calon ibu mertua dan calon adik ipar perempuan satu satu nya yang paling dimanja wakakkakakakka plus status sang wanita adalah janda beranak satu, wakakkakakak kebayang gak rasanya mau kayak kiamat 😂
ReplyDeleteKomentar mantap!
DeleteHaha bener juga nij. Kalo cewek, pasti kebalikannya dari kasus ini.
"Aku akan menyayangi Sarah suka maupun duka" ini nih yang bikin gua baper hehe, keren kok cerpennya hehe
ReplyDeleteOke sip cees...
Deletengakak pas baca fuck you<---- hahahaha
ReplyDeleteHati hati jangan salah mengartikannya ya nanti di sikat sama kang sonanya loh saya saja takut sama dia apalagi ente nanti kewalahan bilang fuck younya loh.
DeleteLauw: Hehe (y)
DeleteKang Iman: Hehe aya-aya wae 8-)
Ancesmen.. baper banget "aku akan menyayangi sarah suka maupun duka" prettt.. :D Awas lhoo son kata kakak nya tuh sarah banyak mau nya karena anak perempuan satu-satunya.. jaga baik-baik kudu saling jaga perasaan :D
ReplyDeletePrettt.
DeleteSon nya beda. Bukan yang ini haha =D
Iyah Sona, kalau kau Agia :D btw kayaknya bagus nih kalau di buku'kan :)
Deletewuakakakakaka..
ReplyDeletekeren cerpennya. aku pngen byk berkomentar, tpi khwatir ngalahin isi cerpenmu :D hahaha
Kalahkan aku, Yu. Aku ikhlas kok hhaha..
DeleteEnak nya yang sudah punya calon mertua dan calon kk ipar :D
ReplyDeleteSiapa tuh yang enak....
DeleteDuh kang kalau saya mah belum pernah nih berkunjung kerumah orang tua cemewew saya karena masih belum siap secara muka, mental, dan pesak tentunya. Tapi kalau saya mah jalanin saja dulu kalau sudah siap maka saya siap dong untuk masuk ke bedah rumah.
ReplyDeleteBentar. Sebelum nyiapin mental dsb, emang udah punya 'cemewew'nya?
DeleteNah itu dia yang bikin saya pusing 100 keliling kang.
DeleteAda yang typo tuh bang, masa namanya yang mulai bukan yang mulia. Sudah dekat sama raja dan pangerannya nih, berarti gak lama lagi mempersunting tuan puteri dan segera mengkudeta singgasana yang mulia 1 dan pangeran sona serta tuan puteri arah hidup bahagia selamanya.
ReplyDeleteSip thank you koreksinya.
DeleteWaduh berat amat sampe harus mengkudeta gitu b-(
Hahaha, pas banget ya dialog-dialognya kasar kayak suporter bola. Suka sekali! Ada kisruh-kisruhnya juga. Btw, saya penggemar AC Milan. :))
ReplyDeletePenggemar AC Milan? Pergi kau sana! Jangan pernah menginjakkan kaki di sini lagi! (p)
Deleteciyee kompak sama-sama ngerokok :D
ReplyDeletesemoga ending sona dan sarah bahagia ya ;)
ijab sampek terpisah usia
Iya sih, mudah-mudahan aja mereka utuh selamanya haha.
Deleteiya blog teteh banyak son, sampek butuh planner buat ngejadwal tulisan hahahaa
ReplyDeletebut its okay
biar sibuk LOL
Mantap! Kayaknya teteh itu sejenis mesin berjalan yah. Bisa terus bekerja dan multi-tasking sekaligus hehe.
DeletePaling menyebalkan klo cew nya bungsu..cewek sendiri...kakaknya cowok semua. Bakalan sering diintrogasi☺
ReplyDeleteIya, bunda. Udah kebayang kok gimana mirisnya, dari deskprisi itu ☺
DeleteSarah emang sengaja tuh mempertemukan Sona kepada ayah dan kakaknya. Ntar kalau Sonanya udah pulang pasti mereka bertiga berembug : gimana, cocok nggak Sona buat aku? Kalau nggak, masih ada calon lain kok, besok aku undang ke sini ya :))
ReplyDeleteHahaha keren.
DeleteSeperti biasa, imajinasi mbak Anjar selalu unik dan gak kepikiran. Iya yah, bisa juga tuh ☺
Kalau Sayamah mending milih opsi D,,,, keknya lebih aman gan....
ReplyDeleteCuman entar binngung juga kalau ditanya masalah isu politik,,, XD
Gak usah dijawab isu politik mah. Langsung ganti topik ke Naruto (o)
DeleteWaktu seperti diputar kebelakang, persis apa yang saya rasakan saat pertama ketemu calon mertua.
ReplyDeleteDari selera club aja udah beda. *Fuck...
Pasti ketek mendadak basah.
Terus akhirnya gimana kang, pulangnya organ tubuh masih utuh?
DeleteCiri khas kamu banget nih cerpennya. Sepertinya kamu memang udah punya karakter buat tulisan kamu. Ini tema sederhana tapi dibawainnya sekeren ini. Lucu aja gitu. Pemilihan katanya bikin ngikik gitu sambil nyeletuk, "Ini orang kok bisa kepikiran kalimat itu, ya?" Ada soal Final Destinationnya pula. Hahahaha.
ReplyDeleteGi, kalau misalnya cowok tau kalau ceweknya bukan anak tunggal, tapi punya saudara cewek, gimana? Tetap pusing kayak si Sona di cerpen ini nggak?
Kalau itu kasus buat pihak cewek, Cha.
DeleteCoba deh tengok komen ke-dua paling atas. Jadi kalo cewek, mimpi buruknya itu ada di ibu mertua dan adik/kakak ipar perempuan (katanya). Tapi kayaknya emang masuk akal deh.
Sering kan denger/liat di FTV/sinetron, yang mana si Ibu mertua kurang suka ama istri dari anaknya?
ya mending lah camer situ baik, lha saya dulu 2x dimarahin camer sebelum nikah. Untuk menaklukkan camer itu gampang banget kok, sogok aja dengan martabak tuh. atau ikutin kegemarannya biar sama. wkwkwk
ReplyDeleteDua kali dimarahin? Sebelum nikah? Perjuanganmu sangat terjal, kang Hendri. Pake martabak manjur yah kayanya?
Deletemanjur banget dong, gini aja sih harus tau hobi mertua dulu. misalnya mertua hobi catur, nah kang son pura-pura suka catur aja tuh. kalo bisa kalahin tuh mertua. wkwkwk
Deleteiya udah 2 kali saya dimarahin, apalagi dimarahinnya saat ada temen saya. 100% mati gaya dimarahin camer itu entah kenapa selalu saja nyari kesalahan saya dulu sampai akhirnya saya nyari celah buat bikin camer suka, yang penting kita baik aja dan punya niat serius
Hahahaha.... berarti suamiku dulu beruntung yaa... aku ga punya kakak cowo, bapakku pun pendiem....wkwkwk
ReplyDeleteBeruntungnya suamimu, mbak....
DeleteHehe.
Yang Mulia 1, Calon ayah mertua, pake baju 'Gerak Jalan Menyehatkan" tapi suka merokok...
ReplyDeleteYang Mulia 11, calon kakak ipar, penggemar AC Milan... Kalo, jadi nih ya, derby della Madonina akan tercipta di dalam keluarga... hehehe Milan vs Inter... :D Witwiw!!! :D
Iya bisa jadi tuh, Diar hehe..
DeletePartai perdana serie A inter milan kalah agia... gimana tuh? hehehehe :D Kalo Liverpool di pekan kedua premier league kalah.... :D semoga bangkit segera... :D
DeleteKakak ipar dan camer kok diceritakan banyakan serem amat ya.. padahal aslinya g gitu amat loh.. hahahaha
ReplyDeleteAbis nonton bareng ini suasana udah agak mencair ya? Makanya selesai :v
Itu karena kamu perempuan :D
DeleteKalo udah menjelma jadi pengalaman nyata mah, entar, kalo udah sah ... teror batin bisa lebih serem lagi
ReplyDeleteHahaha berarti awal dari mimpi buruk akan terasa saat sudah menikah ya mbak?
DeleteYa Allah, apa kabar gue nanti kalo ketemu calon ayah ibu mertua... jangan-jangan malah kayak di film Monster inlaw :-/ filmnya j.lo itu tuh. Mudah-mudahan dapet yang baek-baek sekeluarga. Tapi bokap gue agak-agak galak sih...calon suami gue nanti gimana yah.. ah cari yang metal yang muka tembok ahahahhahakkkk....
ReplyDeleteKalo gitu, carilah pacar yang bermental baja dan memiliki ibu yang ramah (p)
DeleteKalo calonnya punya kakak cewek mah, nggak akan seangker itu perbincangannya.. Hihihihii
ReplyDeleteBetul, setuju..
Deletebahagianya sarah, dicintai oleh tiga pria, ayahnya, kakaknya dan pacarnya (padahal semua wanita juga kayaknya gitu yah) :D
ReplyDeleteYes, pasti...
DeleteBagus ih cerpennya. Kok bisa yah bikin cerita kaya gitu. Simpel dan banyak terjadi sehari-hari di sekitar kita.
ReplyDeleteKeep posting !
Oke, thank you :p
Deletehahahahahahah lucu
ReplyDeleteWaw, apanya tuh yang lucu...
DeleteKalo suka sama anaknya, kudu suka sama keluarganya hehe, ceritanya seru hihi
ReplyDeleteHehehe bener banget tuh, mbak. Biar ada keselarasan. Thanks.
DeleteWkwkwk ternyata gini banget ya perasaan cowok kalo ketemu anggota keluarga ceweknya
ReplyDeleteYes, in theory. And in practice as well.
DeleteAstaga komentar bang Djangkaru Bumi kehapus. Sorry bang, gak sengaja b-(
ReplyDeleteJawaban: Gak tahu deh bang, kayanya sih lebih cakep mamahnya haha.
Suka deh yang ini. Sukses bikin saya ngakak.
ReplyDeleteSaya punya 4 bodyguard di rumah tapi ramah2 deh kayaknya. Haha ga tau deh ntar klo ada yang ke rumah
Haha mudah-mudahan yang dateng ke rumahmu itu bisa strong dikeroyok 4 orang ya...
DeleteBaru pertama kali mampir udah baca tulisan bangke gini. Keren euy. Gaya nulisnya mirip aditya mulya :))
ReplyDeleteHhhh ketemu keluarga pacar itu emang greget banget. Udah kayak penghakiman dan bakal nentuin kita masih bisa pacaran enggak sama doi. Kalo ortu doi sudah gak setuju... bersiaplah menjomblo lagi. :'))
Hehe arigato gozaimasu, karena udah mampir.
DeleteHaha emang pernah punya pacar? Kirain cuma punya mantan doang :>)
cerpen apaan ini... bikin perut gue mules... senyum2 kaya orang gila...
ReplyDeleteyou're amazing lah cerpennya :) halah....enggris gue belepotan....
itu nonton acara bola apa acara makan memakan hewan... ugh!!!
nunggu cerita yg laennya :)
Haha makan memakan hewan..
DeleteOke sip makasih kang..
Oke gw tipe pria yg gak cocok ngobrol basa basi busuk sama bapak dan kakak laki-lakinya. Gw pasti lebih match ngobrol sama ibunya. Hahahahaa
ReplyDeleteHaha bisa bisa...
DeleteHalo! Baru pertama kali maen ke sini deh kayaknya. Lucu euy tulisannya. :D
ReplyDeleteUntungnya lu gak ditanya gini, "Udah ngapain aja sama Sarah?"
WAKAKAKAKA. XD
Njir, syukurlah gue tiap pacaran, cewek gue selalu anak pertama. Jadi gak ada yang mulia kedua :))
Kalo gitu thanks udah maen ke sini hehe.
DeleteBuseet berabe deh kalo ditanya gitu.
Wah udah berapa kali ini nih dapet cewek anak tunggal? Bagi dong satu atau dua...
Bagus!
ReplyDeleteCerpenmu punya gaya nulis yang asyik. Kocak, meski tanpa banyak embel-embel lebaynya. Saya jadi ngerti kalau cowok punya semacam kekhawatiran ketika menghadapi calon ayah mertua. Ya, okelah kalau ini. Tapi, dalam bayangan saya bukannya kalau kakak ipar mereka masih bisa asyik seperti kawan. Soalnya (setahu saya) laki-laki gak terlalu banyak ribetnya berkawan dari segi usia.
Ribet sih enggak, tapi interaksi antar cowok (yang baru kenal) itu justru kaku. Cenderung banyak diem-nya, jadi kelihatan kayak adem-ayem, padahal mah....
DeleteNgakak dah baca ini. Pinter banget sih meramu kalimatnya..jd serasa ikutan ada di situ. Keren...keren...
ReplyDeleteWaduh gak juga, mbak. Saya nulis kalo lagi kepepet doang..
Deletemain ke blognya sony eh belum update :) update yuk son
ReplyDeleteHaha iya nih Teh. Lagi ada sedikit halangan...
Deletecerpennya menghibur... saya malah nggak bisa tuh bikin cerpen komedi kayak gini :-D
ReplyDeleteThank you bang sudah meluangkan waktunya. Justru saya banyak belajar dari tulisan bang Ihan =D
DeleteNB3 : untuk wanita, keadaan paling mencekam saat berhadapan dengan calon ibu mertua yang suka arisan. karena ada beban untuk bisa menjadi calon yang bisa dibanggakan ketika ngerumpi di arisan
ReplyDelete:'D
Yes that's true. I know that feeling =D
Deletehuwanjinggggg.....!!!! ini gua banget bang...
ReplyDeletepas itu bapaknya pacar gua TENTARA...
adehh, berasa mau ditembak mati ajadah :(
tulisan lu keren bosss
Lah kenapa gak lu ajak ngadu panco aja kalo gitu mah....
Deletekalau yang perempuan, tentu ibu mertua dan adik/ kakak ipar cewe deh... serem aja kalau udah berhadapan dua orang itu...
ReplyDeletebtw... udah mau nikah ya? :p
Wow udah pengalaman nih kayaknya hehe.
DeleteEnggak kok. Saya masih terlalu naif untuk menikah (o)
Waksss ngakak siap dimangsa ikan piranha hehehe
ReplyDeleteHehe punya ikan Piranha juga nih mas Cumi?
DeleteBAHAHAHAHAHA Maknyusss! Si akang teh sukanya AC MILAN, musuh bebuyutannya si Inter X)
ReplyDeleteasyik la tu udah punya calon mertua sama kakak ipar
ReplyDeletehahahaaa.....ini klo dibaca Yang Mulia i dan ii gimana mas?
ReplyDeleteHahaha... keren.. keren..
ReplyDeleteSaatnya nyari calon anak tunggal. :D
ReplyDeleteThis is very interesting, You're a very professional blogger. I have joined your rss feed and look ahead to in the hunt for extra of your fantastic post. Also, I've shared your website in my social networks msn hotmail sign in
kalau deket calon ayah mertua pasti rasanya dag dig dug, gk karuan hehe
ReplyDeleteThis calculator automatically figures the balloon payment based around the entered loan amortization period. mortgage calculator Most Canadian mortgages are issued for a fixed rate for 5yrs. mortgage payment calculator
ReplyDelete