"Hei, Sayang! Aku ke belakang dulu, ya? Kamu santai dulu aja di sini."

Sebuah perintah jebakan, aku tahu. Ketika dia menyuruhku bersantai, itu artinya aku akan segera dijadikan santapan ikan piranha. Televisi yang menyala di hadapanku seakan blur. Tayangan yang tadinya membahas seputar cuaca, entah mengapa berubah menjadi saluran Discovery Channel yang menayangkan seekor hyena sedang mencabik-cabik anak rusa dengan sadis.

Ingin rasanya pulang.

Belum sempat aku mendapatkan ide untuk kabur, seorang pria berkumis yang mengenakan kaus bertuliskan 'Gerak Jalan Itu Menyehatkan' menghampiriku seraya menggenggam secangkir kopi di tangannya. Kutaksir umur beliau sekitar empat puluh akhir atau lima puluh awal. Penglihatanku kembali blur. Tulisan yang terpampang manis di baju pria ini mendadak berubah menjadi 'Gerak Sedikit Mati'.

"Jadi ini yang namanya Sona?"

Bukan, Pak, bukan. Itu bukan saya. Orang yang Bapak sebut itu belum datang, atau bahkan mungkin tidak pernah dilahirkan ke dunia ini. Tolong, saya cuma ingin duduk di sini dan berharap tidak sesak napas setiap kali Bapak melotot.

"Iya, Pak." Aku berdiri, membungkuk, senyum, lalu mencium telapak tangan beliau.

"Sudah lama?"

"Enggak, Pak. Saya baru datang."

"Maksud Bapak, kamu sudah lama kenal Sarah?"

Pertanyaan ini dilontarkan dengan oktaf yang lebih tinggi. Dilihat dari kelihaiannya dalam menginterogasi, aku yakin orang ini sudah memiliki gelar Doktor dengan disertasi berjudul "Dampak Negatif Kedatangan Seorang Laki-laki Terhadap Anak Perempuan Kesayangan".

Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ketiga ini berjenis pilihan ganda. Dalam situasi ini, aku dihadapkan dengan empat pilihan jawaban: (A) Iya, udah lama, Pak. (B) Lumayan, Pak. (C) Baru aja kenal kok. (D) Ngomong-ngomong, Bapak siapa ya?

Pilihan D dengan senang hati akan kugunakan seandainya aku siap dibunuh dengan benda tajam, seperti gelas misalnya. Sedangkan pilihan C, sangat cocok dipakai di kala aku ingin hilang ingatan secara permanen. Pilihan A sebenarnya cukup aman, tapi aku khawatir jawaban ini akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik. Maka kuputuskan untuk memilih jawaban paling diplomatis.

"Lumayan lama, Pak."

"Oh, gitu." Gumpalan asap tebal tersembul dari mulutnya. "Gak apa-apa ya, Bapak sambil ngerokok?"

Tentu saja boleh, Yang Mulia. Ini rumah Anda. Di sini saya tamu. Saya mangsa. Bapak penguasa. Jangankan Merokok, disuruh merampok bank pun saya siap.

"Oh, iya. Gak apa-apa kok, Pak. Kebetulan saya juga perokok."

* * *

Fantastis. Jalannya komunikasi kami terbilang cukup lancar. Aku berhasil membuat suasana agak mencair. Kami berdua membicarakan banyak hal. Mulai dari isu politik (seringnya aku mengangguk-ngangguk sok tahu dan menimpali dengan reaksi "Oh jadi gitu, Pak"; "Kalo itu saya baru tahu"; "Pantes aja ya kemarin ramai......"), membahas seputar sepak bola (aku terpaksa mengalah dengan analisis-recehnya, terlepas dari pengetahuan bola beliau yang sangat dangkal), hingga membahas dunia profesi kami masing-masing.

"Assalamualaikum." Satu suara terdengar dari arah pintu. Seorang pria yang secara ajaib memiliki wajah persis seperti ayah Sarah, masuk tanpa menyapa kami. Seakan tak acuh, dia berjalan terbirit-birit ke arah kamar.

"Waalaikumsalam." jawab kami serempak.

Melihat keidentikan dua orang ini, aku bersyukur Sarah memiliki wajah yang diwarisi dari ibunya. Karena jika tidak, sulit membayangkan seandainya wanita yang sangat kita cintai, ternyata memiliki fitur wajah yang serupa dengan bapak-bapak galak berumur lima puluhan.

Saat acara televisi yang kami saksikan sudah dirasa monoton, Bapak alias Yang Mulia menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Dilihat dari gelagatnya saat ini, aku yakin beliau sedang mencari waktu yang pas untuk pamit. Mungkin menungguku pergi ke jamban, mungkin menunggu jeda iklan, atau yang paling mungkin, menungguku putus hubungan dengan putrinya. Entahlah.

"Bapak tinggal dulu," ujarnya, ketika tayangan yang kami tonton terpotong oleh iklan pembersih muka. "Sok santai aja, gak usah malu-malu di sini mah. Anggap weh rumah sendiri."

"Oh iya, Pak. Mangga."

Tidak sampai sepuluh menit, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan sosok yang kulihat setengah jam lalu. Sosok yang memiliki wajah 100% mirip dengan ayah Sarah. Sosok yang sebenarnya tidak ingin kutemui untuk kedua kalinya. Sosok yang tidak menyapa walaupun assalamualaikum-nya sudah dijawab.

Yang Mulia II.

* * *

"Udah lama, Kang?"

Bukan hanya dari segi fisik, ternyata cara dia basa-basi pun mirip dengan ayahnya.

"Iya, Kang. Udah hampir setahun," balasku, dengan senyum yang terpaksa.

"Bukan itu, maksudnya udah lama di sini?"

Anjing.

"Oh. Dari tadi sore, Kang." Lingkungan mulai terasa menegangkan. Inikah yang dinamakan neraka?

Kuteliti penampakan orang ini secara seksama. Dari raut mukanya, mungkin selisih umur kami hanya berbeda 4-5 tahun (lebih tua Yang Mulia II, tentunya). Dia mengenakan kaus polo dan celana yang sedikit kuno, dipertegas dengan gaya rambut yang seakan memberitahu bahwa dia adalah Ketua Koordinator Paguyuban masyarakat setempat. Namun, yang membuatku terintimidasi bukanlah wajah atau pakaiannya, melainkan tatapan matanya. Momen setiap kali Yang Mulia II menatap ke arahku, itu seperti setting di film Final Destination, yang mana si tokoh utama dapat merasakan munculnya tanda-tanda Kematian.

"Ente di mana rumah?" tanya si Kematian, tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.

"Saya dari Pasteur, Kang." jawabku, berusaha menahan keringat.

"Suka bola, gak? Fans dari klub mana?"

Tidak, Yang Mulia II. Aku tidak suka bola. Hal yang aku suka adalah pergi dari tempat ini secepatnya.

"Internazionale, Kang."

"Waw, berat juga seleranya. Saya penggemar AC Milan."

Fuck you, Yang Mulia II. Fuck you!

"Ini si Sarah ke mana? Ada tamu kok malah dicuekin." lanjutnya.

Oya? Jujur, saya lebih memilih dicuekin Sarah selama tujuh abad, daripada harus mengobrol denganmu, wahai Yang Mulia II.

Aku bersumpah, seandainya aku mengikuti wawancara kerja dan ditanya mengenai hal yang paling kubenci sebagai makhluk hidup, jawabanku adalah: duduk berduaan bersama kakak laki-laki pacar.

Hal yang perlu semua orang ketahui tentang pria: kami, jangankan berinteraksi dengan kakak orang lain, dengan kakak kandung sendiri pun kami payah. Ini semua menyangkut persoalan 'gengsi'. Sangat jarang dalam satu keluarga ada sepasang pria kakak-adik yang akur dan akrab. Jikapun ada, mungkin selisih umur mereka hanya terpaut 1-2 tahun, atau mungkin juga karena mereka terlahir di keluarga pakar Psikologi Anak.

"Gak tahu, Kang. Tadi bilangnya sih ke luar dulu."

Jawabanku tidak dihiraukan. "Ente udah dari kapan jadi pacar si Sarah?"

"Emmm...udah... hampir satu tahun." Seperti pemiliknya, mulut ini juga telah dibuat mati oleh Yang Mulia II.

"Saya cuma mau ngingetin. Eh, ngomong-ngomong nama ente siapa?"

"So--Sona, Kang."

Aku menyesal tadi siang tidak sempat memberitahu keluargaku alamat rumah Sarah.

"Oke. Son, saya cuma mau ngingetin ente, jaga Sarah baik-baik. Kudu saling jaga perasaan. Jangan egois! Percuma lama kenal, kalo ujung-ujungnya ada yang gak beres. Ente kan sudah dewasa, saya percaya lah ente bisa ngontrol situasi. Sarah itu anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, jadi maklumin aja kalo kadang dia banyak maunya. Kumaha, SIAP COYY?"

"Muhun, Kang, siap."

"Tah kitu atuh. MANTAP!"

"Iya Kang, mantap."

* * *

"Gimana, Yang, tadi kamu ngobrolin apa aja sama mereka?" tanya Sarah, tepat setelah aku keluar dari kamar mandi untuk mencuci muka yang telah hina ini.

Sarah, wanita spesial yang selalu membuat hidupku jadi lebih berwarna, wanita yang selalu kusebut sebagai calon istri di hadapan teman-teman, dan wanita yang telah melenyapkan segala kekhawatiran orangtuaku. Namun sial, ketika aku bertekad untuk menjaga Sarah dengan segenap jiwa dan raga, yang kudapatkan dari keluarganya adalah penyiksaan tak kasat mata.

Tapi maaf, kejahatan remeh yang mereka lakukan tidak akan membuatku gentar. Aku tidak peduli jika Sarah berasal dari keluarga mafia, politikus licik, fans AC Milan, sekte penyembah berhala, atau dari keluarga Death-Metal sekalipun.

Aku akan selalu menyayangi Sarah, suka maupun duka.

"Kita ngobrol biasa aja kok, Yang. Ngomongin bola, pekerjaan, politik, pokoknya yang gitu-gitu aja deh. Untungnya sih, bapak dan kakak kamu itu ramah."

"Bagus deh kalo gitu. Aku ngelanjutin masak, ya? Itu si Mamah lagi repot soalnya. Kamu jangan pulang dulu, kita makan sama-sama di sini."

"Oke. Silakan dilanjut masaknya."

Setelah sedikit berbincang dengan ibu Sarah di dapur, aku bergegas menuju ruang tengah (lagi). Tidak seperti sebelumnya, sekarang prospek tempat ini akan jauh lebih kondusif, mengingat sesi penghakiman telah usai.

Aku keliru. Baru saja melangkahkan kaki di ruangan nestapa ini, aku mendengar suara tawa dan mulut yang sedang mengunyah makanan ringan. Firasatku mulai tidak enak. Kuikuti arah suara jahanam itu, dan tersajilah sebuah pemandangan yang tidak ingin kulihat seumur hidupku: Yang Mulia I feat. Yang Mulia II.

"Duduk, Son."

"Sini, sini. Kita nonton Liga Inggris bareng-bareng."

NB: Calon Ayah Mertua vs Calon Kakak Ipar, dan pemenangnya adalah: Calon Kakak Ipar (laki-laki).

NB2: Setiap kali kami (para pria) mengetahui bahwa pacar/gebetan kami adalah anak tunggal atau anak sulung, kami sujud syukur.

98 KOMENTAR

Blogku adalah kebebasanmu. Dipersilakan kepada para agen judi untuk berkomentar selincah-lincahnya.
SONAGIA.COMSONAGIA.COM

  1. yang mulia 1 sama II ngajak nonton liga lha kok malah selese.

    kampret kalo wawancara kerja jawabanya itu lho. hahaaa..
    bayanganku yang mulia ini mukanya setengah genderuwo, iya gak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setengah genderuwo...
      Bisa juga kau, Adi :>)

      Delete
    2. mang...ini cerpen teh pasti nggak bersambung kan? kalau bersambung namanya pasti cerbung dong ya? :D

      Delete
  2. Wakakkakakkaka, penyiksaan tak kasat mata. Kalo buat kita para wanita, penyiksaan tak kasat mata adalah ketika berhadapan dengan calon ibu mertua dan calon adik ipar perempuan satu satu nya yang paling dimanja wakakkakakakka plus status sang wanita adalah janda beranak satu, wakakkakakak kebayang gak rasanya mau kayak kiamat 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Komentar mantap!

      Haha bener juga nij. Kalo cewek, pasti kebalikannya dari kasus ini.

      Delete
  3. "Aku akan menyayangi Sarah suka maupun duka" ini nih yang bikin gua baper hehe, keren kok cerpennya hehe

    ReplyDelete
  4. ngakak pas baca fuck you<---- hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hati hati jangan salah mengartikannya ya nanti di sikat sama kang sonanya loh saya saja takut sama dia apalagi ente nanti kewalahan bilang fuck younya loh.

      Delete
    2. Lauw: Hehe (y)
      Kang Iman: Hehe aya-aya wae 8-)

      Delete
  5. Ancesmen.. baper banget "aku akan menyayangi sarah suka maupun duka" prettt.. :D Awas lhoo son kata kakak nya tuh sarah banyak mau nya karena anak perempuan satu-satunya.. jaga baik-baik kudu saling jaga perasaan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Prettt.
      Son nya beda. Bukan yang ini haha =D

      Delete
    2. Iyah Sona, kalau kau Agia :D btw kayaknya bagus nih kalau di buku'kan :)

      Delete
  6. wuakakakakaka..
    keren cerpennya. aku pngen byk berkomentar, tpi khwatir ngalahin isi cerpenmu :D hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalahkan aku, Yu. Aku ikhlas kok hhaha..

      Delete
  7. Enak nya yang sudah punya calon mertua dan calon kk ipar :D

    ReplyDelete
  8. Duh kang kalau saya mah belum pernah nih berkunjung kerumah orang tua cemewew saya karena masih belum siap secara muka, mental, dan pesak tentunya. Tapi kalau saya mah jalanin saja dulu kalau sudah siap maka saya siap dong untuk masuk ke bedah rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bentar. Sebelum nyiapin mental dsb, emang udah punya 'cemewew'nya?

      Delete
    2. Nah itu dia yang bikin saya pusing 100 keliling kang.

      Delete
  9. Ada yang typo tuh bang, masa namanya yang mulai bukan yang mulia. Sudah dekat sama raja dan pangerannya nih, berarti gak lama lagi mempersunting tuan puteri dan segera mengkudeta singgasana yang mulia 1 dan pangeran sona serta tuan puteri arah hidup bahagia selamanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip thank you koreksinya.
      Waduh berat amat sampe harus mengkudeta gitu b-(

      Delete
  10. Hahaha, pas banget ya dialog-dialognya kasar kayak suporter bola. Suka sekali! Ada kisruh-kisruhnya juga. Btw, saya penggemar AC Milan. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Penggemar AC Milan? Pergi kau sana! Jangan pernah menginjakkan kaki di sini lagi! (p)

      Delete
  11. ciyee kompak sama-sama ngerokok :D
    semoga ending sona dan sarah bahagia ya ;)
    ijab sampek terpisah usia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih, mudah-mudahan aja mereka utuh selamanya haha.

      Delete
  12. iya blog teteh banyak son, sampek butuh planner buat ngejadwal tulisan hahahaa
    but its okay
    biar sibuk LOL

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantap! Kayaknya teteh itu sejenis mesin berjalan yah. Bisa terus bekerja dan multi-tasking sekaligus hehe.

      Delete
  13. Paling menyebalkan klo cew nya bungsu..cewek sendiri...kakaknya cowok semua. Bakalan sering diintrogasi☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bunda. Udah kebayang kok gimana mirisnya, dari deskprisi itu ☺

      Delete
  14. Sarah emang sengaja tuh mempertemukan Sona kepada ayah dan kakaknya. Ntar kalau Sonanya udah pulang pasti mereka bertiga berembug : gimana, cocok nggak Sona buat aku? Kalau nggak, masih ada calon lain kok, besok aku undang ke sini ya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha keren.
      Seperti biasa, imajinasi mbak Anjar selalu unik dan gak kepikiran. Iya yah, bisa juga tuh ☺

      Delete
  15. Kalau Sayamah mending milih opsi D,,,, keknya lebih aman gan....
    Cuman entar binngung juga kalau ditanya masalah isu politik,,, XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak usah dijawab isu politik mah. Langsung ganti topik ke Naruto (o)

      Delete
  16. Waktu seperti diputar kebelakang, persis apa yang saya rasakan saat pertama ketemu calon mertua.

    Dari selera club aja udah beda. *Fuck...
    Pasti ketek mendadak basah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus akhirnya gimana kang, pulangnya organ tubuh masih utuh?

      Delete
  17. Ciri khas kamu banget nih cerpennya. Sepertinya kamu memang udah punya karakter buat tulisan kamu. Ini tema sederhana tapi dibawainnya sekeren ini. Lucu aja gitu. Pemilihan katanya bikin ngikik gitu sambil nyeletuk, "Ini orang kok bisa kepikiran kalimat itu, ya?" Ada soal Final Destinationnya pula. Hahahaha.

    Gi, kalau misalnya cowok tau kalau ceweknya bukan anak tunggal, tapi punya saudara cewek, gimana? Tetap pusing kayak si Sona di cerpen ini nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau itu kasus buat pihak cewek, Cha.
      Coba deh tengok komen ke-dua paling atas. Jadi kalo cewek, mimpi buruknya itu ada di ibu mertua dan adik/kakak ipar perempuan (katanya). Tapi kayaknya emang masuk akal deh.

      Sering kan denger/liat di FTV/sinetron, yang mana si Ibu mertua kurang suka ama istri dari anaknya?

      Delete
  18. ya mending lah camer situ baik, lha saya dulu 2x dimarahin camer sebelum nikah. Untuk menaklukkan camer itu gampang banget kok, sogok aja dengan martabak tuh. atau ikutin kegemarannya biar sama. wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dua kali dimarahin? Sebelum nikah? Perjuanganmu sangat terjal, kang Hendri. Pake martabak manjur yah kayanya?

      Delete
    2. manjur banget dong, gini aja sih harus tau hobi mertua dulu. misalnya mertua hobi catur, nah kang son pura-pura suka catur aja tuh. kalo bisa kalahin tuh mertua. wkwkwk

      iya udah 2 kali saya dimarahin, apalagi dimarahinnya saat ada temen saya. 100% mati gaya dimarahin camer itu entah kenapa selalu saja nyari kesalahan saya dulu sampai akhirnya saya nyari celah buat bikin camer suka, yang penting kita baik aja dan punya niat serius

      Delete
  19. Hahahaha.... berarti suamiku dulu beruntung yaa... aku ga punya kakak cowo, bapakku pun pendiem....wkwkwk

    ReplyDelete
  20. Yang Mulia 1, Calon ayah mertua, pake baju 'Gerak Jalan Menyehatkan" tapi suka merokok...

    Yang Mulia 11, calon kakak ipar, penggemar AC Milan... Kalo, jadi nih ya, derby della Madonina akan tercipta di dalam keluarga... hehehe Milan vs Inter... :D Witwiw!!! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bisa jadi tuh, Diar hehe..

      Delete
    2. Partai perdana serie A inter milan kalah agia... gimana tuh? hehehehe :D Kalo Liverpool di pekan kedua premier league kalah.... :D semoga bangkit segera... :D

      Delete
  21. Kakak ipar dan camer kok diceritakan banyakan serem amat ya.. padahal aslinya g gitu amat loh.. hahahaha

    Abis nonton bareng ini suasana udah agak mencair ya? Makanya selesai :v

    ReplyDelete
  22. Kalo udah menjelma jadi pengalaman nyata mah, entar, kalo udah sah ... teror batin bisa lebih serem lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha berarti awal dari mimpi buruk akan terasa saat sudah menikah ya mbak?

      Delete
  23. Ya Allah, apa kabar gue nanti kalo ketemu calon ayah ibu mertua... jangan-jangan malah kayak di film Monster inlaw :-/ filmnya j.lo itu tuh. Mudah-mudahan dapet yang baek-baek sekeluarga. Tapi bokap gue agak-agak galak sih...calon suami gue nanti gimana yah.. ah cari yang metal yang muka tembok ahahahhahakkkk....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo gitu, carilah pacar yang bermental baja dan memiliki ibu yang ramah (p)

      Delete
  24. Kalo calonnya punya kakak cewek mah, nggak akan seangker itu perbincangannya.. Hihihihii

    ReplyDelete
  25. bahagianya sarah, dicintai oleh tiga pria, ayahnya, kakaknya dan pacarnya (padahal semua wanita juga kayaknya gitu yah) :D

    ReplyDelete
  26. Bagus ih cerpennya. Kok bisa yah bikin cerita kaya gitu. Simpel dan banyak terjadi sehari-hari di sekitar kita.

    Keep posting !

    ReplyDelete
  27. Kalo suka sama anaknya, kudu suka sama keluarganya hehe, ceritanya seru hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe bener banget tuh, mbak. Biar ada keselarasan. Thanks.

      Delete
  28. Wkwkwk ternyata gini banget ya perasaan cowok kalo ketemu anggota keluarga ceweknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, in theory. And in practice as well.

      Delete
  29. Astaga komentar bang Djangkaru Bumi kehapus. Sorry bang, gak sengaja b-(

    Jawaban: Gak tahu deh bang, kayanya sih lebih cakep mamahnya haha.

    ReplyDelete
  30. Suka deh yang ini. Sukses bikin saya ngakak.
    Saya punya 4 bodyguard di rumah tapi ramah2 deh kayaknya. Haha ga tau deh ntar klo ada yang ke rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha mudah-mudahan yang dateng ke rumahmu itu bisa strong dikeroyok 4 orang ya...

      Delete
  31. Baru pertama kali mampir udah baca tulisan bangke gini. Keren euy. Gaya nulisnya mirip aditya mulya :))

    Hhhh ketemu keluarga pacar itu emang greget banget. Udah kayak penghakiman dan bakal nentuin kita masih bisa pacaran enggak sama doi. Kalo ortu doi sudah gak setuju... bersiaplah menjomblo lagi. :'))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe arigato gozaimasu, karena udah mampir.

      Haha emang pernah punya pacar? Kirain cuma punya mantan doang :>)

      Delete
  32. cerpen apaan ini... bikin perut gue mules... senyum2 kaya orang gila...
    you're amazing lah cerpennya :) halah....enggris gue belepotan....

    itu nonton acara bola apa acara makan memakan hewan... ugh!!!

    nunggu cerita yg laennya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha makan memakan hewan..
      Oke sip makasih kang..

      Delete
  33. Oke gw tipe pria yg gak cocok ngobrol basa basi busuk sama bapak dan kakak laki-lakinya. Gw pasti lebih match ngobrol sama ibunya. Hahahahaa

    ReplyDelete
  34. Halo! Baru pertama kali maen ke sini deh kayaknya. Lucu euy tulisannya. :D

    Untungnya lu gak ditanya gini, "Udah ngapain aja sama Sarah?"
    WAKAKAKAKA. XD

    Njir, syukurlah gue tiap pacaran, cewek gue selalu anak pertama. Jadi gak ada yang mulia kedua :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo gitu thanks udah maen ke sini hehe.
      Buseet berabe deh kalo ditanya gitu.
      Wah udah berapa kali ini nih dapet cewek anak tunggal? Bagi dong satu atau dua...

      Delete
  35. Bagus!
    Cerpenmu punya gaya nulis yang asyik. Kocak, meski tanpa banyak embel-embel lebaynya. Saya jadi ngerti kalau cowok punya semacam kekhawatiran ketika menghadapi calon ayah mertua. Ya, okelah kalau ini. Tapi, dalam bayangan saya bukannya kalau kakak ipar mereka masih bisa asyik seperti kawan. Soalnya (setahu saya) laki-laki gak terlalu banyak ribetnya berkawan dari segi usia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ribet sih enggak, tapi interaksi antar cowok (yang baru kenal) itu justru kaku. Cenderung banyak diem-nya, jadi kelihatan kayak adem-ayem, padahal mah....

      Delete
  36. Ngakak dah baca ini. Pinter banget sih meramu kalimatnya..jd serasa ikutan ada di situ. Keren...keren...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh gak juga, mbak. Saya nulis kalo lagi kepepet doang..

      Delete
  37. main ke blognya sony eh belum update :) update yuk son

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya nih Teh. Lagi ada sedikit halangan...

      Delete
  38. cerpennya menghibur... saya malah nggak bisa tuh bikin cerpen komedi kayak gini :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you bang sudah meluangkan waktunya. Justru saya banyak belajar dari tulisan bang Ihan =D

      Delete
  39. NB3 : untuk wanita, keadaan paling mencekam saat berhadapan dengan calon ibu mertua yang suka arisan. karena ada beban untuk bisa menjadi calon yang bisa dibanggakan ketika ngerumpi di arisan

    :'D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes that's true. I know that feeling =D

      Delete
  40. huwanjinggggg.....!!!! ini gua banget bang...
    pas itu bapaknya pacar gua TENTARA...
    adehh, berasa mau ditembak mati ajadah :(

    tulisan lu keren bosss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah kenapa gak lu ajak ngadu panco aja kalo gitu mah....

      Delete
  41. kalau yang perempuan, tentu ibu mertua dan adik/ kakak ipar cewe deh... serem aja kalau udah berhadapan dua orang itu...
    btw... udah mau nikah ya? :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow udah pengalaman nih kayaknya hehe.
      Enggak kok. Saya masih terlalu naif untuk menikah (o)

      Delete
  42. Waksss ngakak siap dimangsa ikan piranha hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe punya ikan Piranha juga nih mas Cumi?

      Delete
  43. BAHAHAHAHAHA Maknyusss! Si akang teh sukanya AC MILAN, musuh bebuyutannya si Inter X)

    ReplyDelete
  44. asyik la tu udah punya calon mertua sama kakak ipar

    ReplyDelete
  45. hahahaaa.....ini klo dibaca Yang Mulia i dan ii gimana mas?

    ReplyDelete
  46. Hahaha... keren.. keren..
    Saatnya nyari calon anak tunggal. :D

    ReplyDelete

  47. This is very interesting, You're a very professional blogger. I have joined your rss feed and look ahead to in the hunt for extra of your fantastic post. Also, I've shared your website in my social networks msn hotmail sign in

    ReplyDelete
  48. kalau deket calon ayah mertua pasti rasanya dag dig dug, gk karuan hehe

    ReplyDelete
  49. This calculator automatically figures the balloon payment based around the entered loan amortization period. mortgage calculator Most Canadian mortgages are issued for a fixed rate for 5yrs. mortgage payment calculator

    ReplyDelete