Jujur, saya tidak pandai menceritakan keseharian atau pemikiran dalam bentuk non-fiksi. Makanya, saya lebih sering menulis postingan di blog ini dalam kemasan cerpen atau dengan gaya dongeng. Ini semua dikarenakan kemampuan menulis saya yang amatir dan ecek-ecek.
Sangat beralasan, mengingat kegiatan tulis-menulis (walaupun blog ini sudah lama dibuat) bukan merupakan hobi dan kesukaan saya, bahkan hingga detik ini. Saya benar-benar selalu dibuat kagum oleh para blogger yang bisa dengan mudah dan terampilnya menuangkan kegiatan sehari-hari dalam bentuk tulisan. It's never been easy for me.
Hentikan basa-basi. Langsung saja: "Kenapa orang-orang suka mendengarkan lagu bernuansa sedih?"
Oke, sebelumnya saya ingin meluruskan, pertanyaan di atas sama sekali tidak bernada sarkas. Itu hanyalah satu kalimat yang semata-mata akan saya jadikan bahan analisis.
Banyak yang mengatakan, bahwa musik/lagu adalah sebuah gumpalan kata yang merefleksikan kehidupan kita sehari-hari, termasuk emosi yang sedang dirasakan. Hampir, hampir semua peristiwa yang kita alami di dunia, pasti memiliki soundtrack-nya tersendiri, atau kalau dalam istilah sunda: "Ieu mah lagu aing pisan coyy".
Lagu tentang politikus yang memakan uang rakyat, ada. Lagu tentang kesombongan yang hakiki, ada. Lagu tentang menertawakan kesengsaraan orang yang inferior, ada. Lagu tentang kepiluan tiada tara, ada.
Bahkan lagu tentang Israel-Palestina, ada.
Ketika orang-orang sedang berduka, mereka cenderung memilih lagu yang suram, dengan dalih "Aduh, aku kan lagi ngerasain kayak gini juga. Lagu ini pas banget buat aku."
Mantap cees.
Mantap cees.
Pertanyaan(utama)nya: "Lebih tepat asumsi mana: (1) Orang mendengarkan lagu sedih disebabkan karena mereka sedang bersedih, atau (2) Orang MENJADI menyedihkan dikarenakan mereka mendengarkan lagu sedih?"
Assalamu alaikum ceesku, dengan ini saya curiga, bahwa asumsi nomor dua lah yang lebih tepat. Karena selama dua puluh empat tahun saya tinggal di Planet Biru, dan telah banyak berjumpa dengan berbagai macam karakter penghuninya, belum pernah sekali pun saya menemukan orang yang ceria ketika mendengarkan lagu bertema kesengsaraan. Begitu pula sebaliknya.
Saya punya satu aib. Saat SMA, saya pernah jadi anak punk (tanpa imbuhan 'jalanan', pastinya) selama hampir dua tahun. Jaket kulit dengan bordel tengkorak; aksi rusuh di berbagai gigs; memakai celana tentara pendek dengan lilitan rantai; foto profil Pesbuk dengan gaya rambut mohawk, dan hal menyimpang lainnya. Percayalah, wahai ceesku sekalian, di periode tersebut, belum pernah barang sekali saya merasa galau.
Betul. Anak Punk, walaupun dari segi kualitas hidup cenderung lebih 'rendah' dibanding para pecinta K-Pop, namun jika soal menikmati hidup, mereka rajanya. Dan ini mencakup kedua gender, pria maupun wanita. Ada banyak asumsi yang mengatakan bahwa "wanita itu lebih rapuh daripada pria". NO, itu kurang masuk akal. Karena di kalangan anak punk, tidak ada dan tidak akan pernah ada wanita rapuh.
Cewek Punk I: "Eh tahu gak, aku baru diselingkuhin ama cowok aku. Rasanya sakit banget ih."
Cewek Punk II: "Sabar yah, sayang. Ini semua akan cepat berlalu kok."
Mustahil, kawan, ada curhatan semacam itu di lingkungan anak punk. Karena apa? Jelas, karena lirik lagu yang mereka konsumsi. Sekadar informasi, musik yang masuk ke telinga para Punkers biasanya berupa kecaman untuk para penguasa, mengutuk para aparat, memboikot media massa dan perjuangan hak kaum proletar. Apa yang bisa ditangisi dari musik semacam itu? Ini sedikit membuktikan bahwa perbedaan gender tidaklah banyak berpengaruh pada kerapuhan seseorang.
Fenomena ini berbanding terbalik dengan kaum yang menyukai lagu sendu. Sejauh yang saya tahu, mereka yang sering mendengarkan lantunan sejenis ini, hampir dipastikan hatinya pun ikut suram. Hal yang belum saya mengerti adalah: apakah benar, lagu yang mereka dengarkan ini bisa 'menemani' emosi yang sedang mereka rasakan, atau malah hanya akan merubah karakter mereka secara permanen?
Bukan hanya saat bermuram durja saja, bahkan ketika kita sedang berbahagia pun, si lagu-lagu melankolis ini memiliki 'skill' untuk membelokkan mood kita dengan cepat. That's the point! Kita yang menuntun musik, bukan sebaliknya. Sebagai makhluk hidup, akan terasa janggal apabila manusia 'dijajah' oleh ciptaannya sendiri.
Bukan hanya saat bermuram durja saja, bahkan ketika kita sedang berbahagia pun, si lagu-lagu melankolis ini memiliki 'skill' untuk membelokkan mood kita dengan cepat. That's the point! Kita yang menuntun musik, bukan sebaliknya. Sebagai makhluk hidup, akan terasa janggal apabila manusia 'dijajah' oleh ciptaannya sendiri.
Sangat miris. Ketika orang-orang --terutama pemerintah, para psikolog, orang tua-- selalu merasa khawatir terhadap anak yang melakukan tindak kekerasan, pergaulan bebas, kualitas pendidikan yang rendah, menonton video tidak senonoh dan hal lainnya yang dapat merusak tatanan moral. Tidak ada seorang pun merasa khawatir pada remaja yang setiap harinya mendengarkan ribuan lagu tentang patah hati, penyesalan, penolakan, rasa sakit, dan kesendirian. Tidakkah itu sama saja membiarkan mereka menerima ajakan 'bunuh diri'?
Musik membuatmu bersedih? Tidak, musik (seharusnya) membuatmu bahagia!
Musik membuatmu bersedih? Tidak, musik (seharusnya) membuatmu bahagia!
* * *
Tuh kan terbukti, saya mah payah kalau menulis dengan gaya dan bahasa sehari-hari kayak gini. Oiya, sebagai pengingat, tulisan ini tidak bermaksud menjatuhkan atau melecehkan genre musik tertentu. Saya mantan pelajar Sosiologi, yang mana berarti tidak menilai benar atau salah-nya suatu perilaku, melainkan efek yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. Terlepas dari itu, saya sangat mengharapkan analisa ini bisa digugat, protes, kritik, ataupun cerca. Cheers :)
- - -
NB: Sialnya, fenomena ini sering juga saya alami.
NB2: Aduh, kenapa yah tiba-tiba jadi kepengen nyelah motor Astrea gini ya Allah....
sebagai seorang sosiolog tentu artikel tersebut diatas sangat membantu genre musik tertentu yang dimaksudkan untuk instrospeksi lebih dalamlagi agar tentunya menjadi lebih baik dong ih...jangan ngambek ya mang
ReplyDeleteorang sabar disayang tuhan
DeleteHahaha tumben Mang Lembu rada-rada elit bahasanya. Kasurupan jin Tahu Sumedang nya? b-(
DeleteHidup kang Ifrod!
bukan jin yang masuk mang, tapi tuyul....tauukk
DeleteMusik memang seharusnya menyenangkan. Saya lebih suka lagu-lagu merindu tapi tetap dibawakan menyenangkan. Semacam ada harapan untuk bertemu, bukan merenung karena sedih nggak pernah ketemu kekasihnya. Begitu, cees.
ReplyDeleteRobby Haryanto memang keren! Hehe sip cees (y)
DeleteSetuju nih sama yang dibilang Robby. Lagu kayak gitu yang harusnya didengerin. Biar rindu itu baik untuk kita~
Deletegimana kalau rindunya jangan untuk kita, tapi untuk saya seorang ajah, gimana coba?
DeleteGak payah, kok, bagus tulisannya :) Kalau aku suasana hati apapun musiknya tetep aja Aerosmith, RHCP sama John Frusciante. Muter-muter aja di situ dari kecil sampai sekarang. Ya, paling ditambah sedikit Queen, Tenacious D, dll. Hahaha. Eh, jangan-jangan itu artinya susah move on? Lol, JK :D
ReplyDeleteSelera musikmu luar biasa, kak Indi! Aerosmith, I like them. Bukan susah move-on, itu berarti kamu emang setia dengan musikmu.
DeletePertama kali ke sini... Dan gua cuman mau bilang "Gua menikmati apa yang loe tulis dan gua juga penikmat music selain penikmat pemandangan Indah dari Janda Kampung sebelah ckck"
ReplyDeletePertama kali juga saya melihatmu ke sini. Haha mana coba liat dong pemandangan indahnya cees...
DeleteAku juga termasuk penyuka lagu sendu dan patah hati. Terasa ada gairah yang terlampiaskan ,emosi tercurahkan walau sebenarnya lagu itu smakin membuatku rapuh.
ReplyDeleteBukan cuma kang Djangkaru, saya juga kadang gitu.. Haha.
DeleteJustru kemampuan menulis anda menurut saya bagus! Kembangkan terus gan
ReplyDeleteWaduh ada-ada aja.
DeleteOke sip deh, thank you sudah berkunjung, kang Dzaki.
(2) orang menyedihkan karena mendengarkan lagu yang sedih . kalau kata orang sunda mah "ieu mah baper coyy.." :Dhhhaa
ReplyDeleteHaha ari kang Effendi teh urang sunda? Waw info baru yeuh...
DeleteHhaa iyah kang saya sundanese :D iyah kang pastinya ini yang terbaru dong :D
Deletespeechless aku son :(
ReplyDeleteini ngenakk banget sama aku.
soal musik, aku pling suka denger lagu mellow/sedih. nah kmren lg galau seharian muterin lagu yg sesuai hati. cesss,, nyesss, nyesss.
Kamu spechless, Yu? Waduh sama dong, saya juga suka spechless kalo ada kamu hahaii =D
DeleteSama kayak semacem komentar orang katanya Kangen Band itu kampungan. Terus band yang kotaan itu yang kayak gimana?
ReplyDeleteCoba deh kalau sedih dengerin musiknya Mars Perindo, siapa tahu pengen langsung bunuh diri. *Saran
Kangen Band - Pujaan Hati. Gitu-gitu juga keren lagunya.
DeleteHaha mana ada saran kayak begitu. Eh kang, itu si Hafidz masih suka dengerin lagu itu yah?
Ada benarnya juga sih kalau dengerin lagu sedih jadi terbawa ikutan sedih dengan flashback kejadian lampau yang menyedihkan, tapi kalau sampai menuntun untuk bunuh diri terlalu berlebihan deh *kalau benar, haramkan lagu sedih!! :)
ReplyDeleteSaya suka lagu-lagunya Wali karena sangat menyejukkan dan memberi inspirasi, meskipun saat ini masih belum bisa move on dari lagu Kun Anta :))
Dan yang paling nyebelin, kalau dengerin lagu-lagunya Bimbo macam : sajadah panjang atau cinta Rasul tuh bawaannya pengen nangis, terharu gimana gituuuu
Hehe disitu maksudnya bunuh diri dalam tanda kutip, mbak.
DeleteKalo lagu yang menyangkut dunia spiritual, beda lagi sih. Justru semakin kita bersedih saat dengernya, malah semakin bagus (mungkin).
urusan musik, saya lebih suka sama musik jaman tahun 90an. sekarng mah banyakan ya urusan body saja
ReplyDeleteMusik klasikal emang keren.
DeleteUrusan body? Apa tuh maksudnya...
Haha.
musik itu bisa ngegambarin mood yang lagi kita rasain.
ReplyDeleteYes, basically.
Delete(((Lagu tentang seorang anak yang benci orang tuanya))) nah yang ini gue tau judul lagunya ni, judul lagunya LELAKI KARDUS huahaha... entah kenapa jadi inget lagu biadab itu, sorry ya bang.
ReplyDeletemusik itu, emang bikin pendengarnya ikut terbawa emosi dari lagu itu, kalo lagu metal kita kebawa metal, kalo galau ikutan galau juga.
Sampe" banyak anak muda yang naek motor sambil dengerin musik.
Hahaha Lelaki Kardus? Waduh baru denger malah..
DeleteNaek motor sambil dengerin musik? Kok bisa yah. Padahal kan susah kedenger :o
bagus juga kok gaya dan penyampaian tulisanya.
ReplyDeletewah iya itu remaja yang sukanya dengerin lagu galau, patah hati dan semacamnya itu perlu juga didampingi. bisa-bisa isinya cuma sedih mulu.
lagu itu emang mempengaruhi pendengarnya.
wahh ana punk, keren kau son.
kalo dengerin lagunya NOFX mana ada kata galau.
kalo aku tiap hari dengernya mah udah pasti muter A7x muter muter-muter diitu sama juga LP terus skid row.
*nyambung gak sih komentarku
NOFX-nya Fat Mike itu salah satu band punk paling nyeleneh yang berani keluar dari jalur 'mainstream'. I like them 8-)
DeleteWaw musik yang kau konsumsi keren, Adi, terutama Skid Row. Mantap.
Kita sama, Gi. Aku juga nggak pandai nulis non fiksi. Nulis 100% curhat gitu misalnya. Huhuhu. Kamu jangan ngerasa sendiri, kamu ada temennya.
ReplyDeleteTapi kamu lebih keren ih. Ini aku suka banget. Bahas soal musik. Dan aku nggak kepikiran sama poin kedua. Bener juga ya. Ngg, aku punya alter ego namanya Alzhema. Alter egoku itu suka dengerin lagu hip hop gitu. Eminem atau Big Sean contohnya. Sedangkan diriku sendiri, suka dengerin lagu-lagunya Maroon 5 atau bahkan Adele. Beda banget sih menurutku. Aku lebih ngerasa kuat pas patah hati dengerin Space Bound-nya Eminem, daripada pas dengerin Make You Feel My Love-nya Adele. Padahal maknanya menurutku kurang lebih sama sih. Dan jujur aku suka diriku yang kuat karena lagu-lagu Eminem. Tapi aku nggak selamanya bisa gitu. Aku lebih banyak melankolisnya. Aaah ini udah panjang aja komennya. Hahaha. Maaf ya, Gi. :'D
Oh gitu yah. Kita serasi dong =D
DeleteAlzhema? Waduh baru denger saya Cha. Itu semacam sindrom yah? Kadang saya juga suka dengerin hip-hop. Tau kan Akon? He's really really cool. Hip-hop itu cerdas. Walaupun tema yang biasa mereka angkat itu tentang kesendirian, penolakan dsb, tapi mereka selalu membawakannya dengan gaya sarkastik.
Well, kalo kamu lebih suka diri kamu yang kuat, itu bagus. Perihal diri kamu yang melankolis, itu juga gak apa-apa. Wajar. Asal jangan sampe 'dipermanenkan' aja (o)
Tulisannya nggak payah agia, sip juga nih... Jadi kalau anak punk, itu gak bakalan menyak menyek kayak anak k pop, ceweknya nggak rapuh hehehehehehehe...
ReplyDeleteIni tulisan bergaya sehari-hari dengan pengamatan sosiologi witwiw... hehehe :D
Siipppp ceesku.... :D
Maunya sih dengan pengamatan Matematika, tapi ternyata susah haha. Oke sip, Diar ceesku (k)
DeleteWah komennya macem-macem xD * ikut nyimak * wkwkwk
ReplyDeleteSip. Nyimak diterima :)
DeleteHidup tanpa musik adalah kekeliruan katanya nietzce mas :)
ReplyDeleteToo right. "Without music, life would be a mistake." One of the best quotes human ever made!
Deletetapi kadang lagu melankolis itu bikinsyahdu untuk didengar ya, dan bikin kita cepat tidur, jadi obat bikin tidur juga
ReplyDeleteJadi bisa buat gantiin obat 'Lelap' yah? Hehe.
DeleteKayaknya emang musik itu dapat mempengaruhi suasana hati,,, kalau anak punk yang sering denger lagu2 dengan genre keras,, mana mungkin mereka bisa sedih,, kecuali kalau belum bisa bayar utang ke mang tatang,, saya yakin mereka bakalan sedih... ;(
ReplyDeleteIya, Mang Tatang emang buas. Hutang 500 perak aja sampe nyewa tukang tagih..
Deleteayoo..ciptakan lagu dan musik yang penuh semangat.., lagu melow selow merindu kadang suka bin baper n gak produktif..
ReplyDeleteHehe ada benernya juga sih. Walaupun kadang malah bisa juga bikin produktif..
DeleteIya emang lagu tuh mempengaruhi suasana hati.
ReplyDeleteTapi emang sih saya sendiri kalau lagi sedih pengennya denger lagu melow, kalau lagi jatuh cinta pengennya denger lagu-lagu cinta yang indah-indah.
Tapi sekarang sih sebisa mungkin menghindari dengerin lagi-lagi galau melow putus asa.
Lebih suka lagu-lagu yang isinya menyemangati hidup :D
Karena kalau menurut saya lagu terkadang bisa mensugesti siapapun pendengarnya.
Pasti pernah denger cerita tentang lagu Gloomy Sunday yang liriknya bikin orang ingin bunuh diri di Jerman.
So, dengarkanlah lagu-lagu yang membawa kita menuju ke pikiran-pikiran yang positif :D
Wow wow wow.
DeleteTeh Wuri mantap! :>)
Saya malah pengen belajar nulis non fiksi. Susah iih nulis non fiksi. Saya mah nulisnya masih asal..
ReplyDeleteApalagi saya... :)
DeleteKalau saya mah lebih sering ke musik yang sedih sih kang ya memang wajar seseorang terbawa emosi ketika mendengarkan lagu tersebut namun bagian sebagian orang termasuk saya justru lagu tersebut mampu mengompakan semangat oe untuk lebih kuat lagi bray.
ReplyDeleteKeep Strong, kang Iman (y)
DeleteAku lebih suka old music. Kayak The Beatles atau m2m tuh keren.
ReplyDeleteTapi iya bener.
Ketika kita dengerin musik sedih terentu, kita suka nyeletuk "iih, musik ini aku banget." Lebih tepatnya jadi teringat pengalaman pribadi dan jadi sedih lagi.
Kalau sedang dalam emosi tertentu, kita juga suka cari musik.
Tapi, semua itu jarang aku lakukan. Lebih banyak suka nyalain musik langsung melakukan aktivitas. I listen to music randomly.
sayangnya sekarang M2M udah bubar yah...
DeleteSumpah gue baru ngeh, iya juga ya kalo dipikir-pikir. Pas gue smp dulu sering banget "menyedihkan" karena ngonsumsi lagu-lagu melow, eh pas sekarang kuliah gue jadi "memprihatinkan" karena ngonsumsi lagu hidayah.
ReplyDeleteHaha kocak juga nih anak...
Deletekalau saya sih berusaha mengurangi dengar musik :)
ReplyDeleteWaw kenapa tuh, Teh? Adakah alasan tertentu? Sayang lho, padahal musik kan indah (o)
DeleteBicara tentang punk saya jadi teringat dengan buku Subkultur Punk tulisannya Dick Hebdige. Itu buku bagus yang mengupas asal-usul dan ideologi punk di Amerika. Kalau saya lihat dengan yang di Indonesia ada banyak perbedaan ttg punk ini, ideologi perlawanan kapitalismnya tenggelam dalam citra pembebasan diri dan tindakan-tindakan berani.
ReplyDeleteBtw, kalau bicara musik. Koplo tetap nomor satu bagi saya. Hahaahha..
Yes. Punk di Indonesia bukan murni (bahkan tidak ada sama sekali) menyangkut ideologi. Pernah nonton film SLC Punk? That's the answer for the REAL Punkers. Ideologi mereka ternyata lebih luas. Atau kalau boleh dikatakan, mereka bahkan punya pola pikir yang lebih maju daripada ahli budaya manapun.
DeleteHaha koplo segar!
Jadi kalo tulisan fiksinya Sona tuh, kisah nyata apa bukan siiikkkk?
ReplyDeleteYah ada beberapa sih, Teh Dian. Hehehe hihi
DeleteBagus kok gaya tulisannya. Sering2 aja.. Saya sih entah mengapa ga musik maniak. Jarang muterin lagu klo lagi buka kompi tapi klo ad yang lagi buka, suka ngedengerin. kita sih yang nentuin mood, kalau musik yg kita dengar galau, yah galau lah seharian
ReplyDeleteOh gak terlalu suka musik ya?
DeletePendapat yang terakhir itu, setuju banget lah pokoknya mah, Rosa! :)
Jadi lagu punk itu bukan urusan cinta yesss
ReplyDeleteGak juga sih. Banyak kok lagu Punk yang bertemakan cinta. Tapi cinta-nya beda hehe.
Deleteabi mah kanu lagu dangdut we, meujeuh pas ngaronda bari gapleh wkwkwk
ReplyDelete