Sudah dua puluh tahun lebih saya menginterogasi orang bernama Kehidupan. Beliau adalah tersangka berbagai macam kasus kejahatan. Dan selama kurun itu, beliau sama sekali tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan saya dan petugas lainnya. Padahal semua cara sudah kami lakukan, mulai dari menginterogasi dengan cara ramah, sabar, hingga metode yang cenderung kasar dan memaksa. Bahkan pernah satu kali saya mencoba menjebak beliau dengan berpura-pura menyerah dan mengaku kalah (ala di film-film barat). Tapi tetap saja, dia keras kepala. Dia urung memberikan jawaban. Saya telah gagal sebagai seorang Inspektur.

Ya. Kehidupan adalah tersangka kriminal yang tidak mau mengakui perbuatannya. Dia adalah maniak, dia sumber ketakutan dan penderitaan para pemilik jiwa. Joker? Membosankan. Hannibal Lecter? Cemen. Atau Voldemort (yang namanya tidak boleh disebut)? Hah! Jika namanya tidak boleh disebut, lantas apa bedanya Voldemort dengan mantan kekasih? Tidak, tidak, tidak. Ketiga tokoh penjahat itu belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Kehidupan, penjahat di antara semua penjahat. 

Interogasi tidak membuahkan hasil. Ketika saya tanya mengapa dia melakukan kejahatan itu kepada orang lain, beliau secara terus menerus menjawab, "Aku? Apa salahku? Aku hanya diam dan tidak melakukan apa-apa." Mendengar jawaban itu, saya berpikir, waw! Sepertinya penjahat ini ingin berlagak seperti Joker di film The Dark Knight. Semenjak itu, interogasi selalu berjalan panas dan alot, ini akibat karena sudah habisnya kesabaran saya.

Saya: "Saya mohon Anda jawab dengan jujur, saudara Kehidupan. Jika tidak, kami terpaksa akan menggunakan kekerasan. Kenapa Anda selalu ingin menghancurkan kami, para korban?"

Kehidupan: "Haha! Siapa yang ingin menghancurkan kalian? Tidak. Malah sebaliknya, aku hampa tanpa kalian. Kalian telah melengkapiku."

Saya: "Anda hanyalah sampah yang menghancurkan karakter manusia demi kesenangan semata. Anda maniak!"

Kehidupan: "Oh, ayolah! Kalian selalu berbicara seperti itu kepadaku. Setiap pagi, setiap malam, setiap menit dan bahkan detik, kalian merengek mencaci maki padaku, menganggapku jahat, membenciku tanpa ada suatu alasan. Padahal, kerjaanku hanyalah duduk manis dan menyaksikan kalian semua melawak. Tidakkah kalian sadar? Kalian ini tidak ada bedanya denganku, kita sama-sama brengsek di hadapan orang lain. Kau akan menyadarinya nanti. Lihat kan? Aku bukan monster, aku hanya berpikiran lebih maju."

Saya: "Kami punya aturan. Tidak seperti Anda."

Kehidupan: "Kalau begitu, aturan itu harus dilanggar."

Saya: "Kenapa?" pancing saya.

Kehidupan: "Karena satu-satunya cara untuk bertahan di dunia ini adalah dengan tidak adanya aturan."

Saya: "Buat apa saya mendengarkan seorang penjahat?" bentak saya dengan gusar sambil berdiri dari kursi.

Kehidupan: "Aku heran dengan bangsa kalian," pembawaannya tetap tenang dan cenderung sarkastik. "Mengapa kalian selalu mencari kambing hitam setiap kali mengalami kegagalan? Mengapa kalian selalu berpikir bahwa usaha yang kalian lakukan tidak menentukan sebuah hasil? Dengar, aku akan memberi satu nasehat gratis untukmu dan orang-orangmu: Lupakan soal aturan. Lakukan apa yang harus kau lakukan. Jangan mencari kambing hitam, jangan mencari Penyesalan, dan jangan pernah sekali lagi menuduhku untuk hal yang sepele dan tidak pernah aku lakukan. Kesabaranku pun ada habisnya."

* * *

Begitulah kisah saya saat menangani kasus kriminal ini. Pada akhirnya, si tersangka, Mr. Kehidupan, bebas dari tuntutan hukum. Saya dan petugas lain kekurangan bukti, begitu pun dengan para pelapor/korban yang berjumlah jutaan orang. Kami tidak bisa membuktikan bahwa dia adalah pelaku kriminal tingkat tinggi dan raja konspirasi. Kami yang menjadi korban. Cemoohan kami tidak berarti, boikot kami tidak ditanggapi, rasa sakit kami tidak terobati.

Saat persidangan berlangsung, Hakim Jaksa bersikap netral. Jumlah para korban yang berjuta-juta tidak mempengaruhi penilaian Hakim dan Juri. Alih-alih dibela, di akhir sidang, kamilah yang malah dianggap sebagai pembohong dan hipokrit, karena telah menipu dan memfitnah seseorang dengan kejam tanpa ada suatu sebab.

Selama dua puluh tahun lebih saya menjadi Inspektur dan telah menangani berbagai macam kasus, ini adalah kasus terbesar dan paling kontroversial sepanjang sejarah manusia. Disatu sisi, saya ingin membela para korban (karena saya pun pernah mengalaminya) yang 'katanya' telah dianiaya habis oleh si Kehidupan, tapi entah kenapa saya juga sedikit terpengaruh dengan apa yang dikatakan tersangka.

Kita memang hipokrit, penipu, tukang fitnah yang selalu mencari-cari kesalahan orang lain. Seringkali kita tidak berpikiran jernih, dan ini akan mengotori apa yang dihasilkan pikiran kita.

Fuck. Kenapa jadi sok bijak gini? Aduh maaf cees, ini efek dari Timnas Inggris yang gagal menang dan tidak dimainkannya Henderson, Clyne, Milner, dan Sturridge tadi malam.

Dokumentasi foto tahun 2011, saat kami sedang mabuk dan berkahayal bertemu Dewi Quan-in.

68 KOMENTAR

Blogku adalah kebebasanmu. Dipersilakan kepada para agen judi untuk berkomentar selincah-lincahnya.
SONAGIA.COMSONAGIA.COM

  1. selain ngayal mau ketemu dewi quan in... udah pernah ngayalin mau ketemu dewi siape lagi banggg

    ReplyDelete
  2. Daripada bertemu dewi Quan in, lebih baik bertemu dewi yang lain. Dewi persik gitu.

    Ya emang gitu namanya kehidupan, dia bisa baik kalau kita memperlakukannya dengan baik. Bisa jahat kalau memperlakukan dengan jahat.

    ReplyDelete
  3. Waaah artikel ini bergaya satir ya, jujur aku ternganga banyak kosa kata baru yang enak banget buat dibaca ahahhaha
    Iya sih, hidup itu kadang bisa bersifat protagonis, kadang juga antagonis, tergantuk mahluk yang mendapatkan anugerah kehidupanlah yang bisa mengolah apa hidupnya mau diarahi ke mana, hihi

    ReplyDelete
  4. Syukurlah Kehidupan bisa bebas. Kasihan kalo ditahan. XD

    Serius, berat banget bacanya.. Sampe gak kuat gue bawanya.

    Gimana? Udh ketemu dewinya? Mending dewi persik bro...

    Btw, salam kenal.

    ReplyDelete
  5. kehidupan memang kejam, aturan seperti apa pun tak bisa menghentikannya. cees, gimana ceritanya ketemu dewi Quan-in?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih cees. Yang bisa menghentikannya cuma satu: Kasih sayang i jeverson...

      Delete
  6. Jangan percaya dengan korban dan Mr. Kehidupan, itu membuatmu bingung.
    Mending percaya ke Liverpool kang haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selain Liverpool, ada satu lagi yang aku percayai: KAMU.

      Delete
  7. Kehidupan.. Haah.. Kira sendiri yg melawannya.. Kita sendiri yg menjadikan kehidupan itu sebagai musuh.

    Apa lagi gue ngomong kek gini :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak apa-apa cees. Omonganmu membuatku bergairah kok, baik jasmani maupun rohani.

      Delete
  8. aih berat juga baca nih tulisan.
    tapi alhamdulillah kehidupan bebas, coba kalo kehidupan gak bebas kalo gak mati udah. selese ceritanya.
    mending nyari dewi yang lain kan banyak.
    eh iya, salam kenal.

    ReplyDelete
  9. hayalan yang bagus. mudah2an bener2 ketemu dewi Quan Im. berarti kl ketemu dewi Quan Im, bro udah mati donk? hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya saya udah mati. Temenin yu? Plis...

      Delete
  10. Ahi hi hi ternyata ada patkai dan sunggokong ya, ahi hi hi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih kang Iman.. Oiya kebetulan kami lagi nyari adik ke-3 nih.. Akang mau gak jadi siluman tengkorak?

      Delete
    2. Okeh lah kalau itu maunya, sepertinya boleh juga kalau mau ikutan mah.

      Delete
  11. Yawlaa otak gue gak nyampe. :')
    berat amat bahasanya kaya kehidupan. :')
    btw itu fotonya apa banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syarifatul Adibah wanita terbaik! Hidup!

      Delete
  12. Aku ternganga si Kehidupan bisa diinterogasi .-.
    YAARABB PENYEBABNYA JAUH BANGET!!!!! Ngakak aku x)) btw Dewi Quan-in siapa? :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Riska mau gak diinterogasi ama saya? Sok gratis lah..

      Delete
  13. berat amat tulisannya bro, tapi ngena banget, hahahha tapi emang bener ya, apa emang udah naluri ya kita sebagai manusia sering reflek nyari kambing hitam. Padahal apa salahnya sih ngakuin kalo kita yang salah (kalau emang kita yag salah). Saya sendiri pun kadang masih seperti itu.

    ReplyDelete
  14. Susah ya sob kalo menggugat KEHIDUPAN,,, hehehehehe... Sesusah liverpool untuk bangkit again wkwkwkwkwkwkw... hehehehehe

    Dengan klopp, ke depan, liverpool bisa dapat gelar, incer terus Higuain... :D

    Hehehehehe :D

    ReplyDelete
  15. So, voldemort itu perwujudan mantan kekasih? apasih?

    Tulisannya keren bang! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo saya pribadi sih, paling anti kalo nama mantan pacar disebut-sebut.

      Mantan pacar = Voldemort.

      Delete
  16. Ini gimana ya bang. Kok aku belum paham dengan isi postnya. huhuhu
    Maafkeun kedangkalan otakku ya. :(

    Yang aku tangkep cuma break the rules aja bang.
    Aturan ada untuk dilanggar.
    Jadi sok atuh, jadi kriminalitas rame-rame !! Tapi kriminal yang nggak ngerugiin bangsa, kriminal macam robin hood, gitu.
    ini apa comment random.

    Yaweslah. Salam kenal yhaaaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke salam kenal, Mochammad Azka Taufiq Rey (Panjang amat ini nama).

      Delete
  17. Replies
    1. *Mikir lembut*

      Thanks for visiting, teteh.

      Delete
  18. Usai 20-an emang lagi suka nglanggar aturan, kalau udah 30-an baru mikir kenapa aturan kok dilanggar, usia 40-an justru nggak suka pada yang nglanggar aturan, usia 50-an justru paling menaati aturan, usia 60-an insyaf seinsyaf-insafnya :))

    ReplyDelete
  19. Gak usah mikirin kehidupan, karena kehidupan gak perlu dipikirin tapi di jalani. Sudah jadi hal biasa jika menemui kegagalan asal gak selalu nyari kambing hitam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener kang Haris. I Love you, ehhh i love it maksudnya...

      Delete
  20. Tulisannya canggih, jadi ikut berkerut-kerut memikirkan si kehidupan. Sambil sedikit senyam senyum sendiri baca voldemort dibandingin mantan. hmmm, iya juga yak, namanya sama-sama ngga boleh disebut. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak, mereka berdua sama-sama makhluk sakral.

      Delete
  21. lucu tapi filosofis ini :))) unik!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih teh Ninda. Teteh juga lucu, filosofis, dan unik.

      Delete
  22. Waks. Setuju sama komen Mbak Nita. Ini postingannya satir gitu ya. Aku selalu kagum sekaligus heran sama orang yang bisa nulis satir. Btw black comedy juga bisa dibilang satir kah? Aku lagi belajar menyukai black comedy nih. (Malah nanya black comedy)

    Iya. Seringkali kita menjadikan kehidupan sebagai tersangka, kita korbannya. Kita ngerasa kita yang benar, kehidupan yang salah. Kita ngerasa udah ngelakuin yang terbaik, tapi takdir berkata lain. Makanya kita bersikeras nyalahin kehidupan karena nggak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ngg.... kira-kita gitu nggak makna post kamu ini? Huehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu pisan, Icha Hairunnisa!

      Kalo Icha suka satir/dark comedy, coba tonton film Wag the Dog, pemerannya Robert De Niro. Orang Indo wajib nonton ini.

      Delete
  23. Keren Kak.
    Tulisannya benar-benar kuat sebagai bentuk sindiran.
    Suka sama sidangnya.

    Semoga tulisan ini dapat menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh suka menyalah-nyalahkan. Sebelum menyalahkan lebih baik instropeksi diri-sendiri. Siapa tahu kesalahan seseorang itu datang juga karena diri kita yang membuat dia jadi melakukan kesalahan.
    Ya kan?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener.

      Yang keren mah kamu, Einid. Kok mau-maunya berkunjung kesini. Ini kan blog angker..

      Delete
  24. Nah, aku suka pesan gratisnya 'Kehidupan'...
    Lupakan soal aturan. Lakukan apa yang harus kau lakukan. Jangan mencari kambing hitam, jangan mencari Penyesalan, dan jangan pernah sekali lagi menuduhku untuk hal yang sepele dan tidak pernah aku lakukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, saya juga suka ama mbak Rahayu...ehhh suka pesan gratisnya kehidupan, maksudnya..

      Delete
  25. Menarik loh tapi ceritanyaaaa. Sering-sering aja ya tim inggris kalah biar sering ngelantur kaya gini x)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Adriana jahat. Padahal sudah hampir 14 tahun saya nunggu teteh..

      Delete
  26. Waduh, cees, saya tidak paham ini, cees. Tapi saya paham kenapa Inggris gagal menang, cees. Karena Joe Hart kurang awas mengantisipasi bola. :D Match kedua menang, lho, lawan Wales. Sturridge is hero! Muehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo kamu, bakal awas gak mengantisipasi aku?

      Delete
  27. Ooo ngefans timnas Inggris tho :)
    kalo aku seneng ama Jerman

    Potonya itu lho ... haha, bisa aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Evy. Saya kan blasteran Inggris, walaupun cuma feeling.

      Delete
  28. Replies
    1. Cerita aku dan kamu saat kita berusaha merebut hati calon mertua.

      Thanks for visiting.

      Delete
  29. Itu endingnya kenapa make foto itu deh. Antiklimaks abis. :)))

    ReplyDelete
  30. Kenapa saya fokus di Timnas Inggris ya??? GĂ©rard nggak main gan??? Salam kenal aje dari kehidupan

    ReplyDelete
  31. Haloo cees! *gitu kan nyebutnya?*
    Salam kenal! Maaf bru bsa mampir yah :'D

    Bacaan yg berat, tp seru, tapi..Bikin gue mikir dan ikutan berkhayal ktmu dewi kuan im jg #halah
    gak deng.
    Imajinasinya keren bgt bsa ngewawancarain Kehidupan. :D Tp emg dia gak salah apa2 sih, justru korbannya yg salah. Agak aneh emg yah? Hmm..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha nuhun yah Lulu, atas kunjungan dan komentarnya...

      Mudah-mudahan kita jodoh.
      Astaga, maaf. Penyakit lama kambuh lagi. Sindrom kesepian.

      Delete
  32. Situ mihak inggris? :-/ Cih banget... Kita berseberangan untuk masalah bola-bola'an kalo gitu. Hahahahah :P

    Eniwei, tentang pertanyaan seputar inggris.. jawabannya akan jadi panjang banget. Ada email atau apa? Gue akan jelasin di situ selengkap mungkin. Dan mungkin bisa kasih latihan2 bahasa inggris. Gue juga punya banyak buku2 latihan bahasa inggris. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dong, selalu. Emang kamu ngadukung mana? Pasti Malaysia yah? Haha.

      Mau banget. Dengan senang hati. Email: peacemakeragia@aol.com

      Delete