Melepas penat untuk menyegarkan hati dan pikiran, adalah hal yang sesekali perlu dilakukan, terutama jika sedang dalam kondisi pilu. Entah karena intensitas pekerjaan yang terlalu berat, jenuh dengan aktivitas yang berulang-ulang, klub sepak bola favorit yang tak kunjung mendapatkan prestasi, dan persoalan pribadi lainnya. Itu hal yang lumrah. Sangat manusiawi.
Begitu pun yang kualami. Sindrom 'mumet' yang sering melanda, acapkali mampu mengacaukan segalanya. Dan ketika beban pikiranku sudah mencapai taraf tinggi, satu-satunya obat yang dapat menyembuhkannya adalah dengan pergi jalan-jalan. Sejak dulu, destinasi yang sangat ingin kukunjungi adalah Danau Toba, Sumatera Utara. Alasannya sederhana: penasaran. Sewaktu kecil, aku sering banget ngelihat danau legendaris ini, walaupun hanya sebatas dari medium gambar atau lukisan.
Sayang, lokasinya yang terbilang cukup jauh dari tempat asalku, selalu menjadi penghalang keinginan terpendam ini. Transportasi paling memungkinkan (juga mudah) untuk bisa ke sana hanyalah dengan pesawat. Dulu, transportasi ini biasa digunakan oleh orang-orang tertentu saja, yang berpenghasilan di atas rata-rata.
Lain halnya dengan sekarang.
Memang, di awal kemunculannya, transportasi udara pesawat hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu, seperti pemerintah, bangsawan, militer dan orang-orang berada lainnya. Dikarenakan tarif yang terlampau tinggi, menyebabkan pesawat menjadi kendaraan eksklusif dan tidak tersentuh oleh kalangan menengah kebawah. Masyarakat Indonesia yang saat itu ingin bepergian jauh (terutama lintas pulau) hanya memiliki opsi transportasi terbatas, seperti bus, kereta atau kapal laut.
Begitu pun yang kualami. Sindrom 'mumet' yang sering melanda, acapkali mampu mengacaukan segalanya. Dan ketika beban pikiranku sudah mencapai taraf tinggi, satu-satunya obat yang dapat menyembuhkannya adalah dengan pergi jalan-jalan. Sejak dulu, destinasi yang sangat ingin kukunjungi adalah Danau Toba, Sumatera Utara. Alasannya sederhana: penasaran. Sewaktu kecil, aku sering banget ngelihat danau legendaris ini, walaupun hanya sebatas dari medium gambar atau lukisan.
Sayang, lokasinya yang terbilang cukup jauh dari tempat asalku, selalu menjadi penghalang keinginan terpendam ini. Transportasi paling memungkinkan (juga mudah) untuk bisa ke sana hanyalah dengan pesawat. Dulu, transportasi ini biasa digunakan oleh orang-orang tertentu saja, yang berpenghasilan di atas rata-rata.
Lain halnya dengan sekarang.
Memang, di awal kemunculannya, transportasi udara pesawat hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu, seperti pemerintah, bangsawan, militer dan orang-orang berada lainnya. Dikarenakan tarif yang terlampau tinggi, menyebabkan pesawat menjadi kendaraan eksklusif dan tidak tersentuh oleh kalangan menengah kebawah. Masyarakat Indonesia yang saat itu ingin bepergian jauh (terutama lintas pulau) hanya memiliki opsi transportasi terbatas, seperti bus, kereta atau kapal laut.
Seiring berjalannya waktu, dengan melihat kebutuhan mobilisasi yang tinggi, maka sekarang transportasi pesawat bukan menjadi hal mustahil untuk digunakan oleh semua kalangan. Dengan hadirnya beberapa maskapai bertarif rendah, tentunya transportasi burung raksasa ini dapat melayani banyak penggunanya, tidak terkecuali kalangan menengah kebawah.
Maskapai bertarif rendah atau LCC (Low-Cost Carrier) mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an di negara Amerika Serikat, lalu kemudian menyebar ke seluruh negara. Maskapai penerbangan ini telah berhasil menjadi rujukan utama masyarakat luas.
Lalu, apa saja maskapai bertarif rendah yang ada di Indonesia? Inilah beberapa opsi pelayanan penerbangan yang bisa kamu nikmati!
1. Citilink
Sesuai dengan warna khas mereka, yakni hijau, maskapai ini sering disebut dengan Citilink Maskapai Hijau. Citilink agent (anak perusahaan dari Garuda Indonesia Airlines), adalah maskapai dengan pilihan penerbangan bertarif rendah. Menyediakan 24 tujuan penerbangan domestik untuk kebutuhan para penggunanya.
Beroperasi mulai tahun 2001, maskapai ini pernah sempat vakum di tahun 2008. Delapan bulan selanjutnya, mulai beroperasi kembali dengan adanya investasi sebesar $10 juta. Menggunakan sistem mekanisme dan pesawat baru, serta diawasi langsung oleh Garuda Maintence Facility Aero Asia, menjadikan Citilink sebagai opsi mumpuni bagi masyarakat untuk menemani perjalanan penerbangan mereka.
Untuk pemesanan tiketnya, para penumpang dapat memilih nomor kursi yang diinginkan. Harga untuk baris pertama merupakan yang termahal. Sedangkan untuk baris kedua, harga lebih terjangkau, pun dengan baris di belakang, harga akan semakin murah. Bahkan, bisa sampai diberikan secara cuma-cuma, alias gratis!
2. Air Asia
Perusahaan ini merupakan maskapai swasta terbesar yang berpusat di Malaysia. Tetapi sejak tahun 1999, maskapai ini sudah mulai beroperasi juga di Indonesia dengan nama AWAIR, yang selanjutnya diganti menjadi Indonesia Air Asia.
Pada awal beroperasinya, Indonesia Air Asia telah melayani penerbangan ke beberapa kota besar di Indonesia, di antaranya: Jakarta melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta, Medan melalui Bandara Internasional Kualanamu, dan delapan kota besar lainnya.
Harga yang ditawarkan oleh Indonesia Air Asia cukup terjangkau, apalagi jika memasuki pekan liburan, banyak sekali promo yang mereka tawarkan. Berkat hal ini, Indonesia Air Asia mendapatkan penghargaan World's Best Low Cost Airline in Asia, dan di tahun 2016 ini sudah mendapatkan penghargaan maskapai penerbangan terbaik dengan harga terhemat, sebanyak delapan kali berturut-turut.
3. Lion Air
Jika ditanya, manakah maskapai penerbangan bertarif rendah terbesar di Indonesia, jawabannya sudah pasti, Lion Air gitu lho. Maskapai swasta satu ini banyak diminati masyarakat Indonesia. Memiliki tidak kurang dari seratus armada pesawat, Lion Air siap mengantar para penumpangnya ke berbagai daerah ternama yang ada di Indonesia.
Maskapai yang berpusat di Jakarta ini, belakangan sudah kehilangan kepercayaan banyak pelanggannya disebabkan satu dan lain hal, seperti keterlambatan jadwal, pelayanan buruk, hingga kesalahan teknis dalam penerbangan. Walaupun begitu, Lion Air terus berkembang dan meluaskan pelayanannya sehingga menjadi maskapai yang sangat penting di Indonesia.
4. Wings Air
Selain Lion Air, Lion Air Group juga memiliki maskapai bertarif rendah lainnya, yaitu Wings Air. Saham perusahaan ini 100% dimiliki oleh Lion Air. Berdiri sejak tahun 2003, Wings Air telah melayani penerbangan ke berbagai daerah domestik di Indonesia dan Internasional, seperti Panang dan Malaka. Wings Air hanya memiliki dua jenis armada pesawat, yakni ATR 72-500 dan ATR 72-600 yang siap menerbangkan penumpangnya.
* * *
Nah, itulah empat maskapai bertarif rendah (LCC) yang dapat dijadikan opsi untuk memenuhi keperluan mengudara. Sekarang, kendala budget tidak akan lagi menjadi penghambat kebutuhan rekreasimu.
Terbang!
- - -
Sumber terkait:
Wwewew citilink makin ke belakang makin murah
ReplyDeleteKalo duduknya di ekor pesawat pasti gratis y?
Iya, Niki. Nanti kamu coba yah duduk di ekornya.
DeleteKalo duduk di depan bayarnya berapa ya son, kira-kira itu tiket? Depan pilot?
DeleteAtau tiduran di selasar, atau pasang posisi di sayap kanan kiri, lalu kalo ada kesempatan bisa melakukan cutting inside atau umpan tarik ke depan, itu gimana ?
IMAJINASI FANDHY SEMAKIN MENGGILA! haha.
DeleteJangan sampai idealismemu tergoyahkan hanya sebatas rupiah, son! Hahahahaha
ReplyDeleteYes I know.
DeleteAnd this will be my first and last money I ever earn, Uda :)
Masihkah kau se-idealis dulu, Son? Kaulah panutanku.
ReplyDeleteYes, It won't happen again. This is just "beta version" of Son Agia :)
DeleteKalau mau lepas idealisme, ajak-ajak, ceesku.
ReplyDeleteKalau Wardoyok si Uda, mau Ris?
DeleteLho, lho, kok gue baru tahu ya kalo ada yang namanya Wings Air? Lha, ya jelas. Orang gak pernah naik pesawat. Muahahaha. :))
ReplyDeleteKITA SENASIB, CEES!
Deleteahay... jadi pengen terbang!
ReplyDelete#baling2 bambu
Yu, ah! Mari terbang ke angkasa!
DeleteDi antara 4 maskapai ini gue cuma pernah naik citylink.
ReplyDeleteBtw, Keren observasimu cees. Mantap.
Observasi apa, om Cupang? Masya Allah...
Deletepas baca kata terakhirnya kok jadi pengin nyanyi lagunya THE FLY - Terbang.
ReplyDelete"Ku ingin terbang, bersamamu, terbang bersama mentari.. Lalalala... aku sayang sekali, doraemon!"
NYANYI TERUS... Fandhy si anak sastra hihi
DeleteAgia kapan mau ajak aku terbang? Egimana? :/
ReplyDeleteKalau agis ngajak ke pelaminan aja piye? Egimana ini?!
DeleteTenang, Pertiwi Yuliana. Aku akan selalu membuatmu terbang. Bahkan setiap saat, kalau perlu. Dan, jangan hiraukan bang Fei! :p
Deleteapapun pesawatnya yang penting sampai tujuan deh :)
ReplyDeletethank info-nya Mas
Oke sama-sama, Wadiyo.
DeleteAsyik, dapat post berbayar. Sama, nih, Cees, kita baru pertama kali dapat. Semoga idealis kita runtuh karena uang. Kutetap percaya pada kekuatanmu yang sakti dalam melucu~
ReplyDeleteHaha baiklah. Apapun itu, aku selalu padamu, Rob hihi
DeleteIya gan kadang yang murah fasilitasnya kurang memuaskan mas...
ReplyDeletemending nyari tiketnya di travelfair gitu mas dapet yang benefit tapi include fasititas lengkap...
Oh tentu saja, Adhi.
DeleteDulu aku cinta banget sama AA karena banyak promo manja nya dan membuat semua orang bisa terbang tapi sekarang promo itu hanya kenangan ihik ihik
ReplyDeleteIya betul, Bang Cum. Sekarang mah kita kudu jeli. hehe.
DeleteEh Nam atau sriwijaya juga murah lho + dapoat makan
DeleteYang nomor 3 itu termurah dan terbahaya sih :D
ReplyDeleteKalo pengen macu adrenalin, ya naik pesawat nomor 3 itu bang. Ahahaha
Bcanda.
Tapi kalo kata orang jawa sih "Rego Gowo Rupo".
Harga bawa Nama. Semakin mahal tarifnya semakin berkualitas pelayanannya.
Eh tapi gak tau juga sih, belum pernah berurusan dengan naik pesawat dan bandara.
"Harga bawa Nama. Semakin mahal tarifnya semakin berkualitas pelayanannya."
DeleteSaya setuju dengan pendapatmu, cees.
Terbang! Pake pembalut bersayap!
ReplyDeleteIni tumben deh Agia pake aku-akuan. Biasanya saya-sayaaan kan. Btw Agia mau ke Sumatera Utara mau sekalian ke kampung halamannya Jaimbum ya? Uhuuuuy~
Baca ini jadi pengen ada yang terbang ke Samarinda, Agia. Atau jadi pengen akunya yang terbang. Huaaaaaa.
Pake aku-akuan biar tampan, Cha. Haha.
DeleteOh iya, Jaimbum asalnya dari sana yah? Oh tenang, suatu hari nanti saya mau ke Samarinda, ngunjungin kamu. Tunggu aja, Cha 8-)
Di sini banyak banget yg bahas idealisme. Hem... Okelah.
ReplyDeleteGue pikir, yg terbaik 1 Garuda.. RUpanya citylink. Baru tau, sih. hehehe. Kalo Wings itukan baru, ya? Udah masuk aja.. Kerne.
Wah Heru sepertinya tahu banyak soal maskapai. Sip, mantap deh :)
DeleteBelum pernah naik pesawat:( saya dikucilkan pergaulan:(
ReplyDeleteKalem aja, Deya. Kalau kamu mau, nanti juga kesampaian.
DeleteJadi pengen coba dan terbang ke angkasa... haha
ReplyDeleteAyo terbang cees. Tapi awas, jangan nge-ganja ya...
DeleteJadi kapan blog gw masuk list "cees kerenku" ?
ReplyDeleteBeralih topi gegera terbang bersama pembalut 2wings
Justru udah ada niatan bang, blogmu mau saya masukin ke list. Tapi belum sempet di-edit ha ha.
DeleteAku belum pernah naik pesawat, Cees. Ajak-ajak dong!
ReplyDeleteDuh, Agia kok tumben gak lucu? Jangan sampai komedimu hilang hanya karena uang, Cees. Ayo, menulis lagi sampe pejwan!
Di antara semua yg di list, City Link masih lebih baik.
ReplyDeleteini artikel kegnya nampar aku bangettt. atau gimana ya?
ReplyDeleteserius belum pernah naek pesawat, jd ngerasa keki aku son :D wahaha
Eh sriwijaya juga murah + dapat makan lho
ReplyDeleteBlom pernah nyobain wins air btw aku
ReplyDeleteKlo diantara deretan di atas yg sering pake sebenereair asia en lion, ntah knapa rada tertolong untuk golongan budget cekak sepertiku, trus rutenya juga banyakan pula